Cara Nabi Mendidik Anak
Manhaj Tarbiyah Nabawiyah Lith Thifli)
karya Ir. Muhammad Ibnu Abdul hafidh suwaid
Bab I : Pengantar Umum Untuk Orang Tua
“Anak adalah amanah Allah kepada orang tua,” tutur Al-Ghazali dalam Ihyanya. Hatinya masih suci bagaikan tambang asli yang masih bersih dari segala corak dan warna. Ia siap dibentuk untuk dijadikan apa saja tergantung keinginan pembentuknya. Jika dibiasakan dan dibina untuk menjadi baik maka ia akan menjadi baik. Kedua orang tua, para guru dan pendidiknya pun akan menuai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, bila dibiasakan terhadap keburukan dan diabaikan pembinaannya laksana binatang ternak, maka buruklah jadinya dan ia pun akan merugi . Orang tua dan para pendidikpun akan menganggung dosanya.
Rasulullah SAW bersabda : “Setiap anak yang baru dilahirkan itu lahir dengan membawa fitrah. Orangtuanyalah yang menjadikan Yahudi, Majusi atau Nasrani.”
Rasulullah SAW telah meletakkan kaedah dasar yang intinya bahwa seorang anak akan tumbuh dewasa sesuai dengan agama orang tuanya.
Tanggung Jawab Pendidikan
Rasulullah SAW membebankan tanggung jawab pendidikan anak itu sepenuhnya di bahu orang tua. Dari Ibnu Umar Rasulullah SAW bersabda :
“Masing-masing kalian adalah pemimpin. Masing-masing akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Ketua negara adalah pemimpin yang akan dimintai petanggungjawabannya terhadap kepemimpinanannya, seorang lelaki adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya, wanita adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya, begitu pula pelayan adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya . Masing-masing kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya. “(Muttafaq ‘Alaih)
Allah SWT berfirman : “Wahai Orang-oarang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (yang) bahan bakarnya adalah manusia dan batu; dijaga oleh malaikat yang keras dan kasar, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan.” (Q. S. At-tahrim:6)
Berusaha menikah dengan wanita solehah berjiwa pendidik
Faktor penentu terhadap keberhasilan pendidikan anak adalah adanya seorang ibu solehah yang memahami peran dan tugasnya, serta mampu menjalankannya dengan sempurna. Inilah pilar utama dalam pendidikan anak.
Sebaik-baik pertimbangan menikahi wanita adalah karena agamanya, kesholehan, ketakwaan dan kepatuhannya kepada Allah.
“Rasulullah SAW bersabda : “Pilihlah umtuk (meletakkan) benih (keturunanmu) pada tempat yang baik (sholehah).! (dari Aisyah diriwayatkan oleh Daruquthni).
Suami juga harus memperhatikan pengetahuan yang dimiliki isterinya agar mengatur rumah dan mendidik anak dengan baik.
Rasulullah SAW memuji wanita-wanita Quraisy karena sifat mereka yang penyayang terhadap anak-anak mereka dan perhatian terhadap suami mereka, “Sebaik-baik wanita penunggang unta adalah wanita solehah dari kaum Quraisy. Paling sayang terhadap anak-anak mereka dan paling perhatian terhadap suami mereka.
(dari Abu Hurairah diriwayatkan oleh Bukhari)
Pahala memberi Nafkah Kepada Isteri dan Anak-anak
Sabda Rsulullah SAW : “Sedinar yang diberikan di jalan Allah, atau untuk membebaskan budak, atau untuk disedekahkan kepada orang miskin dan atau nafkah keluarga, pahalanya lebih besar yang diberikan sebagai nafkah keluarga”(HR. muslim dari Abu Hurairah)
Abu Hurairah bertanya : “Ya Rsulullah, sedekah apakah yang paling utama ?”. Rasulullah menjawab : ”Jerih payahnya orang miskin dan mendahulukan(pemberian nafkah) kepada orang yang menjadi tanggunganmu” (HR. Ahmad, sesuai syariat muslim dan termasuk hadist shahih) .
“Makanan yang kamu berikan untuk dirimu sendiri adalah sedekah bagimu, makanan yang kamu berikan kepada anak, isteri dan pembantumu juga sedekah bagimu.” (HR. Ahmad dengan sanad baik)
“Barangsiapa mati lantaran bekerja untuk mencari harta halal maka dia mati dalam keadaan diampuni dosannya.” (HR. Ibnu Sakir dari Anas)
Tujuan pernikahan Islami
- Memperbanyak Jumlah Umat Islam dan menggembirakan Rasulullah SAW
- Manjaga kesucian diri dan taqarrub kepada Allah
- Melahirkan generasi muslim
- Manjaga kelangsungan keturunan manusia
Cara nabi mengatasi kemandulan
Ada seorang lelaki yang datang kepada nabi dan berkata :
“Ya Rasulullah, saya belum mempunyai anak sama sekali.”
”Kenapa kamu tidak memperbanyakkan istigfar dan bersedekah?” Sabda Nabi, orang itu melakukannya, akhirnya ia mendapat enam anak.
”Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, nescaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Q.S. Nuh :10-12)
“Barang siapa yang memperbanyak istigfar, Allah akan menguraikan kekusutan hatinya dan melapangkan segala kesempitan dada serta memberikan rezeki tanpa diduga-duga (HR. Ahmad dan Hakim dari Ibnu Abbas.
Sifat-sifat pendidik sukses:
- Penyabar dan tidak emosional
- Lemah lembut dan menghindari kekerasan
- Hatiya penuh rasa kasih sayang
- Memilih yang termudah dari dua perkara selama tidak berdosa
- Fleksibel
- Bersikap moderat dan seimbang
- Ada senjang waktu dalam memberi nasihat
Khabar Gembira untuk orang tua
“Apabila manusia mati, terputuslah amalnya kecuali dari 3 perkara :
Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak soleh yag mendoakan untuk orang tuanya” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Rasulullah SAW juga menerangkan bahawa setelah meninggal dunia, darjat si mati masih boleh diangkat. Si mati merasa terkejut dan berkata : “Ya Allah apakah ini?” Maka akan dijawab, “Itu (karena) anakmu selalu memintakan ampun untukmu"
(HR. Bukhari dari Abu Hurairah).
Anak-anak adalah hiasan dan ujian dalam kehidupan dunia
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, iaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (syurga).” (QS. Ali Imran :14)
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi soleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” ( Al-Kahfi:46)
Pertarungan Syaitan dan Manusia memperebutkan keturunannya
“Dan hasutlah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan bersekutulah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka[861].” (QS. Al-Isra’64) |
[861]. Maksud ayat ini ialah Allah memberi kesempatan kepada iblis untuk menyesatkan manusia dengan segala kemampuan yang ada padanya. Tetapi segala tipu daya syaitan itu tidak akan mampu menghadapi orang-orang yang benar-benar beriman. |
Kesolehan orang tua dan pengaruhnya terhadap anak-anak
”Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka[1426], dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur : 21) |
[1426]. Maksudnya: anak cucu mereka yang beriman itu ditinggikan Allah darjatnya sebagai darjat bapa- bapa mereka, dan dikumpulkan dengan bapa-bapa mereka dalam syurga. |
Bahkan malaikat pun turut mendoakan seluruh keluarga yang soleh
”Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang soleh di antara bapa-bapa mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Mukmin :8)
Ancaman bagi orang yang tidak mahu mengakui anak atau orang tuanya sendiri
“Barang siapa yang tidak mengakui anaknya karena hendak mempermalukannya di dunia, Allah Tabaraka wa Ta’ala akan mempermalukannnya pada hari kiamat di hadapan banyak saksi mata, (setimpal dengan perbuatanya) qishas dengan qishas.”(HR. Ahmad dan Thabrani dari Ibnu Umar).
“Sesungguhnya ada hamba-hamba Allah yang nanti pada hari kiamat tidak akan diajak bicara, tidak dibersihkan (dari kesalah mereka) dan tidak pula dipandang oleh-Nya.”
“Siapakah mereka itu, ya Rasulullah” tanya seorang sahabat. “Ialah anak yang tidak mahu mengakui orang tuanya dan membenci keduanya, dan juga orang tua yanng tidak mahu mengakui anaknya (HR. Ahmad dan Thabrani dari Muadz bin Anas)
[umina_fatih, http://parentingislami.wordpress.com]
bersambung…
No comments:
Post a Comment