Friday, August 6, 2010

Cara Nabi Mendidik Anak (Bahagian 1)


Cara Nabi Mendidik Anak

Manhaj Tarbiyah Nabawiyah Lith Thifli)

karya Ir. Muhammad Ibnu Abdul hafidh suwaid


Saya begitu tertarik untuk membuat ringkasan buku ini, karena subhanallah buku ini sangat istimewa; komprehensif, mencakup semua aspek yang diperlukan anak; ilmiah, karena berdasarkan dalil-dalil yang nyata, dan aplikatif, karena disertai contoh-contoh nyata dari kehidupan shalafus shalih. Sayang sekali jika orang tua dan kalangan pendidik melewatkannya. Tentu saja akan lebih afdhol jika anda membacanya langsung. Tetapi buat yang belum sempat, penting sekali menyimak ringkasannya terlebih dahulu. Jadi, selamat menikmatinya…..


BAGIAN I Persiapan Menjadi Orang Tua dan Pendidik yang Sukses

Bab I : Pengantar Umum Untuk Orang Tua


“Anak adalah amanah Allah kepada orang tua,” tutur Al-Ghazali dalam Ihyanya. Hatinya masih suci bagaikan tambang asli yang masih bersih dari segala corak dan warna. Ia siap dibentuk untuk dijadikan apa saja tergantung keinginan pembentuknya. Jika dibiasakan dan dibina untuk menjadi baik maka ia akan menjadi baik. Kedua orang tua, para guru dan pendidiknya pun akan menuai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, bila dibiasakan terhadap keburukan dan diabaikan pembinaannya laksana binatang ternak, maka buruklah jadinya dan ia pun akan merugi . Orang tua dan para pendidikpun akan menganggung dosanya.


Rasulullah SAW bersabda : “Setiap anak yang baru dilahirkan itu lahir dengan membawa fitrah. Orangtuanyalah yang menjadikan Yahudi, Majusi atau Nasrani.”


Rasulullah SAW telah meletakkan kaedah dasar yang intinya bahwa seorang anak akan tumbuh dewasa sesuai dengan agama orang tuanya.



Tanggung Jawab Pendidikan


Rasulullah SAW membebankan tanggung jawab pendidikan anak itu sepenuhnya di bahu orang tua. Dari Ibnu Umar Rasulullah SAW bersabda :

“Masing-masing kalian adalah pemimpin. Masing-masing akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Ketua negara adalah pemimpin yang akan dimintai petanggungjawabannya terhadap kepemimpinanannya, seorang lelaki adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya, wanita adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya, begitu pula pelayan adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya . Masing-masing kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya. “(Muttafaq ‘Alaih)


Allah SWT berfirman : “Wahai Orang-oarang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (yang) bahan bakarnya adalah manusia dan batu; dijaga oleh malaikat yang keras dan kasar, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan.” (Q. S. At-tahrim:6)



Berusaha menikah dengan wanita solehah berjiwa pendidik


Faktor penentu terhadap keberhasilan pendidikan anak adalah adanya seorang ibu solehah yang memahami peran dan tugasnya, serta mampu menjalankannya dengan sempurna. Inilah pilar utama dalam pendidikan anak.

Sebaik-baik pertimbangan menikahi wanita adalah karena agamanya, kesholehan, ketakwaan dan kepatuhannya kepada Allah.


“Rasulullah SAW bersabda : “Pilihlah umtuk (meletakkan) benih (keturunanmu) pada tempat yang baik (sholehah).! (dari Aisyah diriwayatkan oleh Daruquthni).


Suami juga harus memperhatikan pengetahuan yang dimiliki isterinya agar mengatur rumah dan mendidik anak dengan baik.


Rasulullah SAW memuji wanita-wanita Quraisy karena sifat mereka yang penyayang terhadap anak-anak mereka dan perhatian terhadap suami mereka, “Sebaik-baik wanita penunggang unta adalah wanita solehah dari kaum Quraisy. Paling sayang terhadap anak-anak mereka dan paling perhatian terhadap suami mereka.

(dari Abu Hurairah diriwayatkan oleh Bukhari)


Pahala memberi Nafkah Kepada Isteri dan Anak-anak


Sabda Rsulullah SAW : “Sedinar yang diberikan di jalan Allah, atau untuk membebaskan budak, atau untuk disedekahkan kepada orang miskin dan atau nafkah keluarga, pahalanya lebih besar yang diberikan sebagai nafkah keluarga”(HR. muslim dari Abu Hurairah)


Abu Hurairah bertanya : “Ya Rsulullah, sedekah apakah yang paling utama ?”. Rasulullah menjawab : ”Jerih payahnya orang miskin dan mendahulukan(pemberian nafkah) kepada orang yang menjadi tanggunganmu” (HR. Ahmad, sesuai syariat muslim dan termasuk hadist shahih) .


“Makanan yang kamu berikan untuk dirimu sendiri adalah sedekah bagimu, makanan yang kamu berikan kepada anak, isteri dan pembantumu juga sedekah bagimu.” (HR. Ahmad dengan sanad baik)


“Barangsiapa mati lantaran bekerja untuk mencari harta halal maka dia mati dalam keadaan diampuni dosannya.” (HR. Ibnu Sakir dari Anas)


Tujuan pernikahan Islami

  • Memperbanyak Jumlah Umat Islam dan menggembirakan Rasulullah SAW
  • Manjaga kesucian diri dan taqarrub kepada Allah
  • Melahirkan generasi muslim
  • Manjaga kelangsungan keturunan manusia


Cara nabi mengatasi kemandulan


Ada seorang lelaki yang datang kepada nabi dan berkata :

“Ya Rasulullah, saya belum mempunyai anak sama sekali.”

”Kenapa kamu tidak memperbanyakkan istigfar dan bersedekah?” Sabda Nabi, orang itu melakukannya, akhirnya ia mendapat enam anak.


”Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, nescaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Q.S. Nuh :10-12)


“Barang siapa yang memperbanyak istigfar, Allah akan menguraikan kekusutan hatinya dan melapangkan segala kesempitan dada serta memberikan rezeki tanpa diduga-duga (HR. Ahmad dan Hakim dari Ibnu Abbas.


Sifat-sifat pendidik sukses:

  • Penyabar dan tidak emosional
  • Lemah lembut dan menghindari kekerasan
  • Hatiya penuh rasa kasih sayang
  • Memilih yang termudah dari dua perkara selama tidak berdosa
  • Fleksibel
  • Bersikap moderat dan seimbang
  • Ada senjang waktu dalam memberi nasihat


Khabar Gembira untuk orang tua


“Apabila manusia mati, terputuslah amalnya kecuali dari 3 perkara :

Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak soleh yag mendoakan untuk orang tuanya” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)


Rasulullah SAW juga menerangkan bahawa setelah meninggal dunia, darjat si mati masih boleh diangkat. Si mati merasa terkejut dan berkata : “Ya Allah apakah ini?” Maka akan dijawab, “Itu (karena) anakmu selalu memintakan ampun untukmu"

(HR. Bukhari dari Abu Hurairah).



Anak-anak adalah hiasan dan ujian dalam kehidupan dunia


“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, iaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (syurga).” (QS. Ali Imran :14)


“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi soleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” ( Al-Kahfi:46)



Pertarungan Syaitan dan Manusia memperebutkan keturunannya


“Dan hasutlah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan bersekutulah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka[861].”

(QS. Al-Isra’64)

[861]. Maksud ayat ini ialah Allah memberi kesempatan kepada iblis untuk menyesatkan manusia dengan segala kemampuan yang ada padanya. Tetapi segala tipu daya syaitan itu tidak akan mampu menghadapi orang-orang yang benar-benar beriman.



Kesolehan orang tua dan pengaruhnya terhadap anak-anak


”Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka[1426], dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur : 21)

[1426]. Maksudnya: anak cucu mereka yang beriman itu ditinggikan Allah darjatnya sebagai darjat bapa- bapa mereka, dan dikumpulkan dengan bapa-bapa mereka dalam syurga.



Bahkan malaikat pun turut mendoakan seluruh keluarga yang soleh


”Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang soleh di antara bapa-bapa mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Mukmin :8)



Ancaman bagi orang yang tidak mahu mengakui anak atau orang tuanya sendiri


“Barang siapa yang tidak mengakui anaknya karena hendak mempermalukannya di dunia, Allah Tabaraka wa Ta’ala akan mempermalukannnya pada hari kiamat di hadapan banyak saksi mata, (setimpal dengan perbuatanya) qishas dengan qishas.”(HR. Ahmad dan Thabrani dari Ibnu Umar).

“Sesungguhnya ada hamba-hamba Allah yang nanti pada hari kiamat tidak akan diajak bicara, tidak dibersihkan (dari kesalah mereka) dan tidak pula dipandang oleh-Nya.”

“Siapakah mereka itu, ya Rasulullah” tanya seorang sahabat. “Ialah anak yang tidak mahu mengakui orang tuanya dan membenci keduanya, dan juga orang tua yanng tidak mahu mengakui anaknya (HR. Ahmad dan Thabrani dari Muadz bin Anas)

[umina_fatih, http://parentingislami.wordpress.com]

bersambung…

No comments:

Post a Comment

Jom baca ini juga ...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Catatan Anda Dihargai... Terima Kasih :)

Siapakah Penulis Yang Baik?

Penulis yang baik adalah yang penulisannya memberikan kesan kepada jiwa insan. Seterusnya, penulis itu mampu menjadi inspirasi, contoh, qudwah kepada pembacanya.

Akhirnya sekali, dia tidak akan hanya tersekat dalam alam penulisan, bahkan di alam realiti dia tetap mampu menjadi satu model kepada ummat.

Penulis Yang Terbaik

Tips 1: Hubungan Dengan Allah SWT

Ya, hubungan dengan Allah SWT. Seorang yang hendak menjadi penulis yang terbaik perlulah menjaga hubungannya dengan Allah SWT. Mencintai perintah-Nya dan melaksanakannya. Membenci kemungkaran ke arah-Nya dan mencegahnya. Tidak melekatkan diri kepada apa yang Allah murka dan sentiasa berusaha mempertingkatkan kualiti diri di hadapan-Nya.

Kenapa hubungan dengan Allah SWT itu diletakkan yang pertama?

Banyak sebab. Tapi, antara sebab yang utama adalah, kita hendak menulis sesuatu yang memberi kesan pada jiwa insan. Justeru, apakah logik kita tidak meminta kepada Yang Membolak Balikkan Jiwa Insan? Kita perlu sedar bahawa, Allahlah TUAN kepada Hidayah. Bukankah adalah perkara yang normal kita tunduk kepada-Nya agar dia membantu kita? Sedang kita ini tidak mampu memberikan hidayah walau kepada orang yang kita cintai.


Sesungguhnya kau tidak akan mampu memberikan hidayah kepada orang yang kau cintai, tetapi Allah lah yang memberikan hidayah kepada sesiapa yang dia kehendaki…” Surah Al-Qasas ayat 56.

Tips 2: Kerendahan Hati
Seorang yang ingin menggerakkan dirinya menjadi penulis yang baik, perlulah mendidik jiwa dan hatinya untuk sentiasa rendah. Rendah di sini adalah merasa kerdil di hadapan Allah SWT. Ini untuk menjaga keikhlasan, mengelakkan diri dari riya’, ujub, takabbur.
Riya’, ujub, takabbur, semua itu adalah hijab dalam amalan. Ia membuang keberkesanan penyampaian kita. Sifat-sifat mazmumah itu akan menyebabkan perjalanan penulisan kita juga terpesong. Nanti kita akan rasa cepat hendak membantah pendapat orang lain, tidak boleh ditegur, rasa senang nak menyalahkan orang dan sebagainya.

Kerendahan hati sangat penting dalam menjamin kebersihan perjalanan penulisan kita.

Apakah hati yang hitam mampu mencahayakan hati yang lain?

Tips 3: Dahagakan Ilmu
Kita tidak mencari ilmu seperti orang yang sudah kekenyangan. Maka kita akan rasa malas untuk menambah ilmu apabila kita rasa diri kita sudah penuh. Seorang penulis perlu sentiasa merasakan dirinya tidak cukup. Maka dia akan bergerak untuk mengisi dirinya dengan pelbagai ilmu.

Ilmu penulisan, ilmu-ilmu asas kehidupan, ilmu bahasa, ilmu realiti, dan bermacam-macam ilmu lagi.

Penulis perlu sedar bahawa, seseorang yang tidak mempunyai apa-apa, tidak akan mampu memberikan apa-apa.

Maka seorang penulis perlu mempunyai ‘apa-apa’ untuk menulis.

Amatlah penting bagi seorang penulis untuk mengekspansikan capaian ilmunya. Ilmu bukan sekadar di dalam kelas, di dalam buku teks. Bahkan seluruh kehidupan ini mampu dijadikan sumber ilmu pengetahuan. Semuanya boleh diambil dan diterjemahkan kepada idea.

Banyak membuat kajian, banyak membuat pembacaan, banyak bertanya, banyak memerhati dan banyak berfikir. Ilmu-ilmu yang berjaya diraih, insyaAllah akan mampu menjadi ‘trigger’ kepada idea.

Tips 4: Disiplin

Tidak akan mampu seseorang itu menjadi penulis yang terbaik tanpa disiplin. Perlu ada disiplin dalam menulis. Perlu juga ada disiplin dalam mengimbangi kehidupan sebagai penulis dan sebagai pelajar, pekerja, anak, bapa, ibu dan sebagainya.

Sebab itu, apa yang saya selalu lakukan dalam hal disiplin ini adalah JADUAL.

Susun waktu. Sesungguhnya Allah tak akan memberikan manusia 24 jam sekiranya 24 jam itu tidak cukup untuk manusia. Tetapi manusialah yang tidak menggunakan 24 jam itu dengan sebaik-baiknya. Sebab itulah kita sering merasakan kita tidak mampu melaksanakan kerja.


Tips 5: Istiqomah
Seorang penulis yang terbaik itu, mencapai tahapnya yang tertinggi adalah apabila dia istiqomah. Bukannya bila pelawat website, blog sudah mencapai juta, dia mula bermalas-malasan.

Orang kata, hendak menjadi juara itu tidak sesusah hendak mengekalkan kejuaraan.

Penulis yang mampu menjadi contoh adalah penulis yang istiqomah.

Istiqomah dalam penulisannya. Istiqomah pula dalam menjaga peribadinya dalam menjadi qudwah kepada ummah.

Penutup

Saya tak rasa gembira kalau pembaca membaca penulisan saya, kemudian dia rasa seronok-seronok,tanpa membawa apa-apa daripada penulisan saya ke dalam kehidupannya.

Pada saya, seorang penulis itu bukan seorang penghibur.

Penulis adalah yang membina ideologi ummah, memimpin pemikiran ummah.

Justeru, penulis yang berjaya, adalah penulis yang penlisannya mampu memberikan kesan kepada kehidupan manusia.


~Hilal Asyraf ~

ms.langitilahi.com