Saturday, August 29, 2009

Indahkah Malam Pertama Kita ?

Satu hal sebagai bahan renungan Kita...
Tuk merenungkan indahnya malam pertama
Tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawi semata
Bukan malam pertama masuk ke peraduan Adam Dan Hawa

Justru malam pertama perkawinan kita dengan Sang Maut
Sebuah malam yang meninggalkan isak tangis sanak saudara
Hari itu...mempelai sangat dimanjakan
Mandipun...harus dimandikan
Seluruh badan Kita terbuka....
Tak ada sehelai benangpun menutupinya. .
Tak ada sedikitpun rasa malu...
Seluruh badan digosok dan dibersihkan
Kotoran dari lubang hidung dan anus dikeluarkan
Bahkan lubang-lubang itupun ditutupi kapas putih...
Itulah sosok Kita....
Itulah jasad Kita waktu itu

Setelah dimandikan.. ,
Kitapun kan dipakaikan gaun cantik berwarna putih
Kain itu ...jarang orang memakainya..
Karena sangat terkenal bernama Kafan
Wewangian ditaburkan kebaju Kita...
Bagian kepala..,badan. .., dan kaki diikatkan
Tataplah.... tataplah. ..itulah wajah Kita
Keranda pelaminan... langsung disiapkan
Pengantin bersanding sendirian...

Mempelai diarak keliling kampung yang dihadiri tetangga
Menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul
Kita diiringi langkah gontai seluruh keluarga
Serta rasa haru para handai taulan
Gamelan syahdu bersyairkan adzan dan kalimah Dzikir
Akad nikahnya bacaan talkin....
Berwalikan liang lahat..
Saksi-saksinya nisan-nisan.. . yang tlah tiba duluan
Siraman air mawar.. pengantar akhir kerinduan

Dan akhirnya.... tiba masa pengantin..
Menunggu dan ditinggal sendirian,
Tuk mempertanggungjawab kan seluruh langkah kehidupan
Malam pertama yang indah atau meresahkan..
Ditemani rayap-rayap dan cacing tanah
Di kamar bertilamkan tanah..
Dan ketika 7 langkah tlah pergi....
Sang Malaikat lalu bertanya.
Kita tak tahu apakah akan memperoleh Nikmat Kubur...
Ataukah Kita kan memperoleh Siksa Kubur.....
Kita tak tahu...Dan tak seorangpun yang tahu....Satu hal sebagai bahan renungan Kita...
Tuk merenungkan indahnya malam pertama
Tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawi semata
Bukan malam pertama masuk ke peraduan Adam Dan Hawa

Justru malam pertama perkawinan kita dengan Sang Maut
Sebuah malam yang meninggalkan isak tangis sanak saudara
Hari itu...mempelai sangat dimanjakan
Mandipun...harus dimandikan
Seluruh badan Kita terbuka....
Tak ada sehelai benangpun menutupinya. .
Tak ada sedikitpun rasa malu...
Seluruh badan digosok dan dibersihkan
Kotoran dari lubang hidung dan anus dikeluarkan
Bahkan lubang-lubang itupun ditutupi kapas putih...
Itulah sosok Kita....
Itulah jasad Kita waktu itu

Setelah dimandikan.. ,
Kitapun kan dipakaikan gaun cantik berwarna putih
Kain itu ...jarang orang memakainya..
Karena sangat terkenal bernama Kafan
Wewangian ditaburkan kebaju Kita...
Bagian kepala..,badan. .., dan kaki diikatkan
Tataplah.... tataplah. ..itulah wajah Kita
Keranda pelaminan... langsung disiapkan
Pengantin bersanding sendirian...

Mempelai diarak keliling kampung yang dihadiri tetangga
Menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul
Kita diiringi langkah gontai seluruh keluarga
Serta rasa haru para handai taulan
Gamelan syahdu bersyairkan adzan dan kalimah Dzikir
Akad nikahnya bacaan talkin....
Berwalikan liang lahat..
Saksi-saksinya nisan-nisan.. . yang tlah tiba duluan
Siraman air mawar.. pengantar akhir kerinduan

Dan akhirnya.... tiba masa pengantin..
Menunggu dan ditinggal sendirian,
Tuk mempertanggungjawab kan seluruh langkah kehidupan
Malam pertama yang indah atau meresahkan..
Ditemani rayap-rayap dan cacing tanah
Di kamar bertilamkan tanah..
Dan ketika 7 langkah tlah pergi....
Sang Malaikat lalu bertanya.
Kita tak tahu apakah akan memperoleh Nikmat Kubur...
Ataukah Kita kan memperoleh Siksa Kubur.....
Kita tak tahu...Dan tak seorangpun yang tahu....

Friday, August 28, 2009

APAKAH ITU KEMERDEKAAN ?


KEMERDEKAAN memiliki keanekaragaman makna. Perisytiharan kemerdekaan 31 Ogos 1957 oleh Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj secara tidak langsung menerangkan apa makna kemerdekaan bagi tanah air. Ketika Tunku membacakan proklamasi kemerdekaan tersebut, barangkali apa yang difikirkan oleh sebahagian besar rakyat ketika itu adalah kemerdekaan daripada penjajahan kuasa asing.

Namun, apa makna kemerdekaan itu bagi rakyat Malaysia kini – yang merupakan tugas para generasi penerus untuk ‘menjawabnya’? Secara seimbas lalu, mungkin kita dapat perjelaskan secara mudah: bahawa kemerdekaan adalah pintu gerbang menuju cita-cita kebangsaan dan kenegaraan yang sejati.

Apa makna kemerdekaan bagi kita? Sebagai kelompok terbesar daripada keseluruhan rakyat Malaysia, umat Islam seharusnya dapat mengutip makna kemerdekaan tersebut daripada al-Quran. Dalam kitab suci ini ditunjukkan pelbagai kisah kemerdekaan orang-orang terdahulu yang dapat mengilhami kita, bagaimana seharusnya menjadi bangsa merdeka dalam era globalisasi ini.

Pertama, makna kemerdekaan dapat dipetik daripada kisah Nabi Ibrahim a.s ketika baginda membebaskan diri daripada orientasi asasi yang keliru dalam kehidupan manusia. Dalam surah al-An’am ayat 76-79 dikisahkan perjalanan spiritual Nabi Ibrahim dalam mencari Tuhan.

Pencarian spiritual tersebut merupakan usaha Nabi Ibrahim dalam membebaskan hidup daripada orientasi kehidupan yang diyakininya keliru, namun hidup subur dalam masyarakatnya.

Sebagaimana diketahui, masyarakat yang melingkungi Ibrahim a.s ketika itu menyembah berhala. Bagi Ibrahim a.s, peyembahan terhadap berhala merupakan kesalahan besar kerana secara logiknya pun perbuatan itu membawa manusia kepada perlakuan penghambaan yang menjatuhkan harkat dan martabat diri mereka sendiri sebagai manusia.

Bentuk penghambaan yang menjatuhkan harkat-martabat manusia seperti itu juga terjadi pada era moden. Penghambaan terhadap materialisme dan hedonisme telah membawa manusia moden untuk melakukan pelbagai ‘kesalahan’ seperti rasuah tanpa rasa bersalah, mengorbankan nyawa-nyawa tidak berdosa, menghalalkan pelbagai cara untuk meraih kedudukan dan kekuasaan, dan seterusnya.

Penghambaan-penghambaan yang sedemikian itu bukan hanya melukai harkat-martabat manusia, malahan menghancurkan sendi-sendi kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara, yang hakikatnya menjadi intipati daripada perisytiharan kemerdekaan negara 51 tahun yang lalu.

Kedua, makna kemerdekaan juga dapat dipetik daripada kisah Nabi Musa a.s ketika membebaskan bangsanya daripada penindasan Firaun. Kekejaman Firaun terhadap Bani Israil dikisahkan menerusi pelbagai ayat di dalam al-Quran. Firaun merupakan ‘bayangan masyarakat’ yang angkuh dan tamak akan kekuasaan di muka bumi.


Keangkuhan pemimpin atau penguasa seperti ini membuat mereka tidak segan silu membunuh dan memperhambakan kaum lelaki Bani Israil dan menistakan kaum wanitanya. Keangkuhan inilah yang mendorong Musa a.s tergerak memimpin bangsanya untuk membebaskan diri daripada penindasan, dan akhirnya meraih kemerdekaan sebagai bangsa yang mulia dan bermartabat (Al-A’raaf: 127, Al-Baqarah: 49, dan Ibrahim: 6)

Seperti halnya kisah kejayaan Nabi Musa a.s, perisytiharan kemerdekaan 31 Ogos 1957 hakikatnya juga merupakan catatan sejarah yang mengakhiri episod keangkuhan dan penindasan kolonial. Sebuah keangkuhan yang membuat bangsa kita terhina selama ratusan tahun.

Namun, usah lupa, berakhirnya keangkuhan dan penindasan rejim kolonialisme tidak serta merta membebaskan rakyat Malaysia daripada keangkuhan dan penindasan rejim lain dalam bentuk yang berbeza.

Tugas dan tanggungjwab terberat daripada sebuah bangsa merdeka sesungguhnya adalah bagaimana mempertahankan kemerdekaan dirinya sebagai bangsa merdeka, serta bebas daripada hegemoni dalaman dan luaran yang menindas. Merdeka daripada hegemoni penindasan dalaman bererti bebas daripada pemimpin-pemimpin dan kelompok-kelompok tertentu yang berpengaruh, yang bertindak dan bertingkah laku laksana penjajah asing yang lupa akan perjuangan orang-orang terdahulu dan ‘tidak segan silu’ berusaha merombak ‘keharmonian’ hidup masyarakat.

Kita memerlukan pemimpin yang sayang dan cinta kepada rakyat dan negaranya sendiri. Tidak hanya cinta sebatas di bibir, namun juga mencintai dan menzahirkannya dalam bentuk dan tindakan yang nyata.

Merdeka daripada hegemoni luaran pula ertinya bebas daripada pengaruh dan tekanan asing (terutama di bidang politik, ekonomi, dan budaya). Bangsa yang merdeka, namun di bawah tekanan politik negara lain, sesungguhnya bukan bangsa yang merdeka. Bangsa yang merdeka, tetapi menyerahkan pengelolaan sumber alamnya kepada pihak asing tanpa pengagihan yang adil, bukan pula bangsa yang merdeka.

Bangsa yang merdeka, namun sangat inferior terhadap identiti budaya bangsa lain, bukan pula bangsa yang merdeka. Kemerdekaan bagi bangsa Malaysia haruslah kemerdekaan yang holistik dan integral dalam pelbagai aspek kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara.

Ketiga, kisah kejayaan Nabi Muhammad s.a.w dalam menggalas misi dakwah baginda di muka bumi (Al-Maa’idah: 3) menjadi sumber ilham yang tidak pernah putus atau usang bagi bangsa Malaysia untuk memaknakan kemerdekaan secara lebih holistik dan integral.

Ketika diutus 14 abad silam, Nabi Muhammad s.a.w menghadapi sebuah masyarakat yang mengalami tiga penjajahan sekali gus: kecelaruan atau kekeliruan hidup, penindasan ekonomi, dan kezaliman sosial.

Kecelaruan hidup diekspresikan dalam penyembahan patung oleh masyarakat Arab Quraisy. Rasulullah berjuang keras mengajar kepada umat manusia untuk menyembah Allah Yang Maha Esa dan meninggalkan ‘’tuhan-tuhan’’ yang secara terang-terang perlakuan itu menjeruskan harkat dan darjat manusia (Luqman: 13; Yusuf: 108; Az-Dzaariyaat: 56; Al- Jumu’ah: 2).

Penindasan ekonomi itu dilukiskan di dalam al-Quran sebagai sesuatu yang membuat kekayaan hanya berputar dan berlingkar pada kelompok-kelompok tertentu sahaja (Al-Hasyr: 7). Rasulullah s.a.w mengkritik orang-orang yang mengumpul dan menghitung-hitung harta tanpa mempedulikan kesejahteraan sosial dan keadilan ekonomi (Al-Humazah: 1-4; Al-Maa’uun: 2-3).

Rasulullah s.a.w memperjuangkan pembebasan perhambaan, kesaksamaan lelaki dan perempuan, dan persamaan antara manusia. Dalam khutbah terakhir baginda di Arafah, baginda menegaskan bahawa tidak ada perbezaan antara hitam dengan putih, antara Arab dengan bukan Arab.

Semuanya sama di hadapan Allah s.w.t. Tidak ada sisi atau sudut yang membezakan suatu kelompok manusia dengan manusia lainnya, melainkan tingkat ketakwaan mereka kepada Maha Pencipta (Al-Hujuraat: 13).

Apa makna kemerdekaan bagi kita? Sebagai kelompok terbesar daripada rakyat Malaysia, umat Islam seharusnya dapat memetik, mengambil, menggali (atau apa istilah sekalipun yang seumpamanya) makna kemerdekaan tersebut daripada al-Quran.

FAKTA RINGKAS MESIR & MANSURAH


NAMA RASMI NEGARA : Junhuriah Misr Al ‘Arabiah @ Arab Republic of Egypt, (anggota tetap Liga Arab mulai 22 Mac 1946)
IBU KOTA : Kaherah
MERCU TANDA : Cairo Tower
KOD TELEFON : 007 – 202 -......
LOKASI : Terletak di Benua Afrika, Latitut : 30.03 N (Utara) Longtitut : 31.15 E (Timur)
KELUASAN : 386,660 batu persegi
Batas Darat : 1,671,2 batu persegi
Garis Pantai : 1,522,7 batu persegi

SEMPADAN NEGARA :
1- Mesir ke Israel : 225 km
2- Mesir (Matruh) ke Libya : 1,150 km
3- Mesir (Halayib) ke Sudan : 12,273 km

JARAK DIANTARA MESIR DAN MALAYSIA : 4,939 batu (8,230 km)

PERBEZAAN MASA
: 5 jam pada musim panas
: 6 jam pada musim sejuk

MUSIM :
1- Musim Panas ( Jun –Ogos )
2- Musim Gugur ( Sept – November )
3- Musim Sejuk ( Disember – Februari )
4- Musim Bunga ( Mac – Mei )

SUHU TERTINGGI : + 43 Calcius
SUHU TERENDAH : + 5 Calcius
BAHASA PENGHANTAR : Bahasa Arab, Bahasa Inggeris, dan Perancis turut dipertuturkan dalam urusan rasmi, komunikasa, dan pembelajaran.
LAGU KEBANGSAAN : Bilady, Bilady, Bilady
AGAMA ANUTAN : Muslim ( Sunni ) 94 %, Lain-lain agama 6 %
ETNIK : Arab, Qibti, Noubi ( Selatan Mesir ), Circassia ( keturunan Asia Tengah ) dan lain-lain.

KOMPOSISI PENDUDUK
Sebahagian besar penduduk Mesir mendiami Tebing Timur Sungai Nil kerana factor sejarah dan geografi. Faktor sejarah kerana bangsa Mesir kuno menyembah matahari, mereka beranggapan bahawa matahari yang terbit dari timur adalah simbol kehidupan, semantara di barat pula adalah simbol kematian. Disebabkan itu Firaun dikebumikan di Tebing Barat Sungai Nil, sementara bandar-bandar dan kampong dibina di belahan Timur. Lantaran itu juga Piramid yang menjadi kuburan Firaun, Candi-Candi di Karnak, Dandara dan lain-lain tempat ibadat Mesir kuno dibina di tebing barat Nil.Faktor geografi pula kerana Sungai Nil memisahkan antara Barat dan Timur. Belahan timur adalah kawasan pertanian yang subur dan sesuai bagi penempatan manusia sama ada di Bandar atau kampung.

KEPENDUDUKAN :
Jumlah penduduk : 58,862,647 ( 1994 )
Nisbah doktor bagi setiap penduduk : 1 : 1,320
Kadar celek huruf : 40 % ( 60 % buta huruf - 1996 )
Kadar kelahiran bayi : 2.2 %
Kadar kematian bayi : 41 %
Jangka hayat penduduk : 64 tahun
Kadar pertambahan penduduk : 58.9 %
Kadar pertumbuhan penduduk di Bandar : 44 %

MAKANAN ASASI : Gandum, ( roti isy ), nasi dan lain-lain
SISTEM PEMERINTAHAN : Republik
PRESIDEN : Mohd Husni Mubarak ( sejak tahun 1981 )
PARTI-PARTI POLITIK UTAMA :
National Democratik Party ( NDP )
Socialist Liberal Party
Socialist Labor Party
National Progressive Unionist Grouping
Umma Party

HARI KELEPASAN UMUM :
Sammu Nasim - April
Tahrir Sina ( Pembebasan Sina ) – 24 April
Saurah ( Revolusi ) – 23 Julai
Wafa’ Al-Nil – Pertengahan Bulan Ogos
Hari Tentera – 6 Oktober
Perayaan Bandar Suez dan Kebangkitan Rakyat – 23 Oktober
Hari Raya Aidil Fitri
Hari Raya Aidil Adha
Maulidul Rasul
Awal Muharam

HASIL PERTANIAN : Tebu, Tomato, Jagung, Gandum, Padi, Kapas, Kurma, Barli dan lain-lain.
BAHAN GALIAN UTAMA: Petroleum, Gas asli, Bijih Besi dan lain-lain.
PERINDUSTRIAN UTAMA: Pembuatan Simen, Baja, Aluminium, Kapas, Gula dan lain-lain.
PENTERNAKAN: Kambing, Kibas, Unta, Ayam, Itik dan lain-lain.
PENGAIRAN: Sungai Nil (Terpanjang di dunia, 4161 batu)

FAKTA RINGKAS MANSURAH
Mansurah sebuah bandar yang mencatatkan peristiwa dan kesan sejarah, meliputi dinasti Firaun, pemerintahan Rom, perkembangan ajaran Kristian dan kemasukan Islam. Mansurah antara yang dikenali sebagai sebuah kuasa besar dalam tamadun Islam di rantau benua Afrika.Sejarah silamnya boleh disimpulkan seperti Berikut :

1.Istana firaun dan perkampungan Yahudi.

Zaman pemerintahan Firaun Ramsis II telah membina ibu negeri bagi mengawal pemerintahannya di sebelah barat dan persisiran pantai Mesir. Kubu Firaun ini juga terbina dengen lorong bawah tanah bagi batalion askar Firaun ketika itu. Antara yang terpenting adalah kesan runtuhan kota Firaun yang terletak 7 km dari Simbilawin. Tempat ini merupakan kota pemerintahan Ramsis II dan anaknya Munqa'. Mansurah pernah didiami oleh kaum Yahudi berdasarkan kesan perkampungan mereka di sekitar Mansurah.

2.Dinasti Rom.

Pemerintahan Dinasti Rom banyak terdapat kesannya di daerah Bilqas. Terdapat beberapa tugu, rumah ibadat dan bianaan lain yang ditinggalkan sebagai tinggalan sejarah.

3.Sejarah perkembangan ajaran Kristian.

Mansurah dikenali sebagai rumah suci dan kota peribadatan bagi pengikut ajaran Masihi. Di sebelah utara Mansurah terdapat kubur seorang Hawariyyun Nabi Isa a.s. bernama Ajarjis. Beliau mengembangkan ajaran Kristian bagi rantau Afrika ; Mesir, Uthopia, Sudan, Nigeria dan Kenya. Pada tanggal 23 September setiap tahun diadakan raptai ulangtahun pembaptisan bumi Mesir sebagai bumi Al-Masih dengan kedatangan Majarjis, yang mana gereja Majarjis adalah gereja yang tertua di Mansurah.

4.Kemasukan Islam dan tamadun ilmu.

Kemasukan sejarah Islam ke pelusuk Mansurah melalui pantai ‘Arish di bawah pimpinan Komander Amru Bin Al-As (radiyallahu anh), zaman Khalifah Amir Al-Mukminin Umar Al–Khattab (radiyallahu anh) dan batalion Qa’-Qa’ At-Tamimi (radiyallahu anh) yang membuka kota Iskandariah dan pusat pemerintahan Rom.Nama “ al-Mansurah” diambil sempena kemenangan Umat Islam dalam menentang Tentera Salib.

Nama tersebut membawa maksud "suatu pertolongan daripada Allah s.w.t.". Ia diasaskan sebagai ibu negeri Dakahliah oleh Raja Kamil al-Ayyubi pada tahun 1219 M.Sebagai tanda memperingati jasa dan bakti mujahidin yang gugur dalam perjuangan menyebarkan syiar islam, sebuah tugu peringatan dibina bagi para syuahada yang terpahat kukuh nama-nama mereka di batu tersebut. Ianya terletak dipersimpangan jalan menuju ke Gedela dan di sana juga terdapat Taman Haiwan Mansurah.Terdapat sebuah muzium di medan Sikkah Jadidah yang dikenali sebagai "Dar Ibn Luqman". Kawasan tersebut penah menjadi tempat tahanan Raja Louis IX ketika berlakunya perang salib di Mesir. Rakyat Daqahliah juga memainkan peranan dalam gerakan revolusi Islam pada 1919.

Mansurah telah melahirkan beberapa tokoh agamawan yang terkenal di seluruh dunia. Antaranya Almarhum Syeikh Muhammad Al-Ghazali, ahli intelektual Islam; Almarhum syeikh Khalid Muhaamad Khalid, seorang mufakkir Islam; Almarhum Syeikh Jad Al-Haq, mantan Syeikhul Azhar; Almarhum Syeikh Mutawalli As-Sya'rawi, seorang ulama Mesir; Almarhum Syeikh Muhammad Abdul Rahman dan lain-lain lagi.


Thursday, August 27, 2009

Di Kala Waktu Berbuka Puasa telah Tiba

Penulis: Ummu Rumman
Muraja’ah: ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar

Waktu senja selalu indah mempesona. Langit merah berangsur semakin gelap. Angin berhembus lembut, memberi hawa kesejukan bagi manusia setelah seharian didera teriknya matahari. Samar-samar, terdengar suara burung-burung yang akan kembali ke sarangnya. Sang Surya yang sejak sore bersinar kuning keemasan pun beredar di manzilahnya. Dengan anggun, ia menenggelamkan dirinya di ufuk barat. Sungguh menakjubkan fenomena alam ini. Keindahan ayat-ayat kauni yang seharusnya membuat kita semakin menyadari betapa kecilnya kita bila dibandingkan dengan kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala. Subhanallah wa bi hamdih…

Tetapi, senja di bulan Ramadhan selalu mempunyai arti khusus dan istimewa. Bukan hanya karena keindahannya. Tetapi karena di waktu senja, di kala matahari telah tenggelam, maka tibalah waktunya bagi hamba-hamba Allah untuk berbuka puasa.

Waktu Berbuka Puasa, Waktu untuk Berbahagia

Saudariku, lihatlah wajah bahagia hamba-hamba Allah yang berpuasa, di kala waktu berbuka puasa telah tiba. Ya, mereka memang patut berbahagia. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang berbuka puasa mempunyai dua kebahagiaan yang bisa ia rasakan; kebahagiaan ketika ia berbuka dan kebahagiaan ketika ia bertemu dengan Rabb-nya karena puasa yang dilakukannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin menjelaskan di dalam kitab Majaalisu Syahri Ramadhaan, ‘Kebahagiaan ketika berbuka maksudnya adalah karena ia merasa senang atas nikmat yang diberikan oleh Allah kepadanya, yaitu bisa melaksanakan puasa yang merupakan salah satu bentuk amal shalih yang paling utama. Betapa banyak manusia yang tidak memperoleh nikmat tersebut sehingga mereka tidak berpuasa. Ia juga merasa senang atas makanan, minuman dan jima’ yang kembali dihalalkan Allah baginya, setelah sebelumnya diharamkan pada saat berpuasa.

Adapun kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-nya adalah ia senang dengan ibadah puasanya ketika ia mendapat balasannya di sisi Allah secara utuh pada saat ia jauh membutuhkannya, ketika dikatakan, “Di mana orang-orang yang berpuasa?” Mereka pun dipersilahkan masuk ke pintu surga dari pintu ar-Rayyan yang tidak akan dimasuki oleh seorang pun selain mereka.”

Sunnah ketika Berbuka Puasa

Saudariku, hendaknya di saat berbuka puasa kita melakukan sunnah-sunnah yang berkaitannya dengannya. Agar buka puasa yang kita lakukan juga mendatangkan pahala. Bukan sekedar berbahagia karena dapat menikmati makan dan minum kembali. Sunnah ketika berbuka puasa, antara lain:

1. Bersegeralah berbuka puasa!
Tahukah engkau kapan waktu berbuka puasa? Yaitu ketika sudah dipastikan matahari telah tenggelam, baik dengan menyaksikannya secara langsung atau berdasarkan informasi dari orang yang terpercaya melalui pengumandangan adzan Maghrib atau hal lainnya. (Lihat Majaalisu Syahri Ramadhaan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin)

Dan ketika waktu berbuka telah tiba, maka bersegeralah berbuka puasa. Sebagaimana hadits dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang-orang (umat Islam) senatiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (Muttafaqun ‘alaih)

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengerjakan shalat Maghrib hingga berbuka puasa kendati hanya dengan seteguk air.” (HR. Tirmidzi. Hadits Hasan)

2. Makan kurma atau seadanya.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka dengan beberapa biji ruthab (kurma masak yang belum jadi tamr) sebelum shalat Maghrib; jika tidak ada beberapa biji ruthab, maka cukup beberap biji tamr (kurma kering); jika itu tidak ada juga, maka beliau minum beberapa teguk air.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi. Hadits Hasan Shahih)

Hendaknya berbuka puasa dengan kurma masak atau kering, dengan jumlah yang ganjil. Misalnya tiga, lima atau tujuh. Adapun jika tidak ada, maka berbuka puasa hanya dengan air pun tak mengapa.

3. Setelah berbuka, jangan lupa panjatkan doa (yang shahih).
Saudariku, hendaknya kita manfaatkan waktu berbuka untuk memperbanyak doa. Karena berdoa pada waktu berbuka puasa adalah salah satu waktu di mana doa yang dipanjatkan dijanjikan akan dikabulkan Allah (HR. Ibnu Majah).

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Dahulu apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berbuka puasa, beliau biasa berdoa dengan, “Dzahaba zh- zhama-u wabtallatil ‘uruuqu, wa tsabatal ajru insyaa Allah.”

Artinya: “Telah hilang rasa haus dahaga, dan urat-urat telah basah, dan pahala akan kita peroleh, insyaa Allah.” (HR. Abu Daud (II/306) [no.2357] dan yang lainnya. Lihat Shahihul Jami’ (IV/209) [no.4678])

Doa ini biasa dibaca Rasulullah setelah beliau berbuka puasa sebagaimana maksud perkataan Abdullah bin Umar, “Apabila beliau telah berbuka puasa.”
Adapun sabda Rasulullah, “Dzahaba zh-zhama-u” artinya adalah haus.
Kemudian, “wabtallatil ‘uruuqu” artinya adalah dengan hilangnya kekeringan pada urat-urat akibat dari rasa dahaga. Sedangkan ” wa tsabatal ajru” artinya adalah rasa lelah telah hilang berganti dengan pahala. Hilangnya rasa lelah akan mendorong untuk melakukan ibadah. Sementara pahala sangat banyak dan abadi.

Ath-Thibi rahimahullah menjelaskan, “Beliau menyebutkan ketetapan pahala yang akan diperoleh setelah mengalami kelelahan itu adalah dengan harapan akan mendapat kenikmatan yang berlimpah.”

Adapun “insyaa Allah” berkaitan dengan pahala yang setiap orang tidak dapat memastikannya. Sebab ketetapan pahala itu adalah di bawah kehendak Allah.

Selain doa di atas, bisa pula berdoa dengan:
“Allahumma inni as-aluka bi rohmatika allati wasi’at kulla syaiin in taghfirolii”

Artinya: “Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu, supaya memberi ampunan atasku.” (HR. Ibnu Majah 1/557. Hadits ini hasan menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Takhrij Al-Adzkar, lihat Syarah Al-Adzkar 4/342)

Majdi bin ‘Abdul Wahhab Al-Ahmad di dalam Syarah Hishnul Muslim menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan perkataan Rasulullah, ‘bi rohmatika allati wasi’at kulla syaiin’ adalah rahmat-Mu yang maha luas di seluruh persada ini dan setiap bagian hanya dengan rahmat-Mu.

Saudariku, dari kecil hingga besar, kita diajarkan berdoa setelah berbuka buka puasa dengan beberapa lafadz berikut ini,
Pertama,
“Bismillah wal hamdulillah. Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthartu wa ‘alaika tawakkaltu subhaanaka wa bi hamdika taqabbal minni, innaka Antas Samii’ul ‘Aliim ”
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah dan segala puji milik Allah. Ya Allah, hanya karena-Mu aku berpuasa, hanya dengan rizki-Mu aku berbuka dan hanya kepada-Mu aku bertawakkal. Maha Suci Engkau dan pujian kepada-Mu, terimalah amalanku. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.”

Ternyata Syaikh Nashiruddin Al Albani berpendapat bahwa hadits ini munkar jiddan. Setelah membawakan sanad hadits ini beliau mengatakan bahwa sanadnya lemah. (lihat Silsilatul Ahaditsidh Dhaifah wal Maudhu’ah, no 6996).

Kedua,
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berbuka puasa beliau mengucapkan, ‘Allahumma Laka Shumna wa ‘ala Rizqika Aftharna, Allahumma Taqabbal Minna Innaka Antas Sami’ul ‘Alim’”
Artinya: “Ya Allah! Untuk-Mu aku berpuasa dan atas rizqi-Mu kami berbuka. Ya Allah! Terimalah amal-amal kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.” (HR. Daruqutni di kitab Sunannya, Ibnu Sunni di kitabnya ‘Amal Yaum wa-Lailah No. 473. Thabrani di kitabnya Mu’jamul Kabir)

Ternyata hadits ini sanadnya sangat lemah (dhaif). Karena ada seorang rawi yang bernama Abdul Malik bin Harun bin ‘Antarah. Dia adalah rawi yang sangat lemah. Dan di sanad hadits ini juga ada ayah Abdul Malik yaitu Harun bin Antarah. Dia adalah rawi yang diperselisihkan oleh para ulama ahli hadits. Hadits ini dilemahkan oleh Ibnu Qayyim, Ibnu Hajar, Al-Haitsami dan Nashiruddin Al-Albani.

Ketiga,
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berbuka puasa beliau mengucapkan, ‘Bismillah. Allahumma Laka Shumtu wa ‘ala Rizqika Afthartu’”
Artinya: “Dengan nama Allah. Ya Allah karena-Mu aku berpuasa dan atas rizki dari-Mu aku berbuka.”
(HR. Thabrani di kitabnya Mu’jam Shagir hal 169 dan Mu’jam Auwsath)

Sanad hadits ini lemah (dhaif). Karena di sanad hadits ini ada Ismail bin Amr Al-Bajaly yang merupakan rawi yang lemah. Juga ada Dawud bin Az-Ziriqaan yang merupakan rawi yang matruk menurut Imam Abu Dawud, Abu Zur’ah dan Ibnu Hajar.

Keempat,
Dari Mu’adz bin Zuhrah bahwasanya telah sampai kepadanya, “Sesungguhnya Nabi apabila berbuka puasa beliau mengucapkan ‘ Allahumma Laka Shumtu wa ‘ala Rizqika Afthartu’ ”
Artinya: “Ya Allah karena-Mu aku berpuasa dan atas rizki dari-Mu aku berbuka.”
(HR. Abu Dawud No. 2358, Baihaqi 4/239, Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Suni)

Sanad hadits ini mempunyai dua penyakit. Yang pertama, mursal karena Mu’adz bin (Abi) Zuhrah adalah seorang Tabi’in, bukan shahabat Nabi. Kedua, Mu’adz bin (Abi) Zuhrah adalah seorang rawi yang majhul. Tidak ada yang meriwayatkan darinya, kecuali Hushain bin Abdurrahman. Sedangkan Ibnu Abi Hatim di kitabnya Jarh wat Ta’dil tidak menerangkan pujian maupun celaan baginya.

Kesalahan-kesalahan Seputar Berbuka Puasa
1. Tidak menyegerakan berbuka puasa, padahal waktunya telah tiba.

2. Menanti waktuberbuka puasa dengan kegiatan yang sia-sia, bahkan melanggar syariat.
Ngabuburit. Inilah istilah yang sekarang umum digunakan untuk menggambarkan kegiatan di saat menanti waktu berbuka puasa. Mulai dari sekedar nongkrong, berkumpul bersama teman-teman, jalan-jalan, berburu makanan untuk berbuka, dll. Ngabuburit bahkan sudah dikemas menjadi acara-acara khusus yang diisi berbagai macam kegiatan. Jika isi kegiatan adalah hal positif yang tidak melanggar syariat, tentunya tak mengapa. Tapi, kebanyakan ngabuburit yang dilakukan orang-orang sekarang banyak mengandung hal yang sia-sia atau bahkan melanggar syariat.
Misalnya: ikhtilat (bahkan dijadikan ajang pacaran), hiburan dengan musik, nongkrong dan “cuci mata”, ngobrol dan bercanda berlebihan, dll.

Saudariku, bukankah sebelum berbuka itu berarti kita masih dalam keadaan berpuasa? Ingatlah bahwa puasa tidak akan sempurna, bahkan akan menjadi sia-sia jika kita tidak menjaga diri dari kemaksiatan dan hal yang sia-sia. Misalnya: menundukkan pandangan serta menahannya dari pandangan-pandangan liar, menjaga lisan, menjaga pendengaran dari mendengarkan setiap yang haram atau yang tercela, menjaga anggota tubuh lainnya dari perbuatan dosa, dll.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan yang terlarang, maka Allah tidak butuh (atas perbuatannya meskipun) meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari)

“Puasa bukanlah dari makan, minum semata, tetapi puasa itu menahan diri dari perbuatan sia-sia dan keji.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim)

3. Makan dan Minum dengan Berlebihan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita untuk berbuka puasa dengan makanan yang sederhana. Seadanya saja. Tidak berlebihan-lebihan, atau bahkan sampai memaksakan diri.

Memang, adakala tidak mengapa menghadirkan hidangan istimewa di kala berbuka. Apalagi bila hal itu dilakukan untuk membahagiakan keluarga atau agar anak-anak lebih bersemangat untuk berpuasa. Akan tetapi, hendaknya hal itu tidak dijadikan kebiasaan. Ingatlah! Bahwa salah satu hikmah berpuasa adalah agar kita turut merasakan kesusahan yang dialami fakir miskin. Maka, kita juga perlu mendidik anak-anak kita untuk memupuk jiwa sosial mereka. Tidak hanya saat kita berpuasa, tetapi juga saat berbuka puasa.

Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak Menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Qs. Al-A’raf: 31)

Saat berbuka juga bukan berarti waktunya ‘balas dendam’. Semua dimakan sampai kekenyangan. Ingatlah, perut yang kenyang akan membuat malas ibadah.

4. Melalaikan adab makan.
Saudariku, bersegera untuk berbuka puasa bukan berarti boleh lalai berdoa sebelum makan. Bukan berarti boleh makan dan minum dengan tergesa-gesa. Saat kita berbuka puasa, berusahalah untuk tetap menjaga adab dan sunnah dalam makan dan minum. Seperti berdoa, duduk ketika makan-minum, tidak meniup makanan, dll.

5. Melalaikan shalat maghrib.
6. Mengisi acara berbuka dengan maksiat.
Makan bersama (makan berjama’ah) memang merupakan bagian dari sunnah Rasulullah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berkumpullah kalian dalam menyantap makanan kalian (bersama-sama), (karena) di dalam makan bersama itu akan memberikan berkah kepada kalian.” (HR. Abu Dawud. Hasan)

Akan tetapi, kita harus tetap berusaha membingkai acara buka bersama tersebut dalam bingkai syariat. Sebagaimana ngabuburit, acara buka bersama yang banyak dilakukan sekarang ini banyak berisi kemaksiatan dan penyimpangan. Misalnya ikhtilat, pacaran, musik, makanan yang berlebihan, sampai dengan melalaikan waktu shalat Maghrib.

Apakah Setelah Berbuka Puasa Kita Bebas Berbuat Apa Saja?

Saudariku, sesungguhnya seorang hamba yang shalih, saat ia telah selesai melakukan suatu ibadah maka ia berusaha menyelimuti hatinya dengan rasa takut dan harap. Sebab ia tidak tahu apakah puasanya diterima, sehingga ia termasuk orang-orang yang dekat kepada Allah, ataukah ditolak, sehingga ia termasuk orang-orang yang dimurkai. Hal yang sama hendaknya ia lakukan pada setiap selesai berpuasa.

Kita harus menjaga diri dari perbuatan sia-sia dan dosa di saat kita berpuasa. Tapi bukan berarti setelah waktu berbuka puasa kita menjadi bebas. Perbuatan haram, tetap haram hukumnya baik ketika kita sedang berpuasa ataukah tidak. Maka, di malam bulan Ramadhan pun kita tetap harus menjaga diri dari perbuatan dosa. Ingatlah bahwa keutamaan bulan Ramadhan tidak hanya terbatas di siang harinya, ketika kita berpuasa. Tetapi juga meliputi malam harinya. Banyak sekali ibadah yang bisa dilakukan di malam hari ketika bulan Ramadhan. Bahkan, ada keutamaan Lailatul Qadr yang harus kita kejar. Sibukkan diri dalam beribadah, baik siang maupun malam. Agar Ramadhan yang kita jalani benar-benar menjadikan kita manusia yang lebih bertaqwa.

Agar Kita Benar-Benar Mendapat Kebahagiaan
Saudariku, sesungguhnya keutamaan puasa tidak bisa diraih sehingga orang yang berpuasa benar-benar menjaga adab-adab berpuasa. Dan hanya orang-orang itu pula yang berhak untuk mendapat dua kebahagiaan ketika berbuka puasa.

Kita memohon kepada Allah agar menerima puasa Ramadhan kita dan menjadikannya sebagai pemberi syafa’at bagi kita. Agar kita termasuk ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang mendapat pahala puasa yang sempurna. Dan kita memohon agar Allah Mengampuni dosa-dosa kita dan Memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang bisa memasuki surga-Nya melalui pintu Ar-Rayyan. Amiin.

Maraaji’:

  1. Majaalisu Syahri Ramadhaan (Terj.), Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin
  2. Majalah As Sunnah edisi 06/X/1427H/2006M halaman 78
  3. Majalah Nikah Vol. 4, No. 5, Agustus 2005/ Jumadil Tsaniyah-Rajab 1426 H
  4. Minhajul Muslim (Terj.), Abu Bakr Jabir Al-Jazairi
  5. Syarah Hishnul Muslim (Terj.), Majdi bin ‘Abdul Wahhab Al-Ahmad, Penerbit Al Qowam

Keterangan:
Munkar jiddan: hadits yang sanadnya dhaif dan sangat bertentangan dengan hadits lain dengan riwayat yang shahih. Hukumnya tertolak.
Rawi yang Matruk: rawi yang ditinggalkan riwayatnya
Hadits Mursal: seorang Tabi’in meriwayatkan langsung dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tanpa perantara sahabat. Hukumnya tertolak.
Rawi yang Majhul: rawi yang tidak dikenal. Artinya tidak ada yang menganggapnya cacat dan tidak ada pula yang menganggapnya adil, dan yang meriwayatkan darinya cenderung sedikit. Hukum haditsnya termasuk hadits yang lemah.
Jarh wa Ta’dil: sebuah kitab yang ditulis ahli hadits, yang berisi cacat (jarh) dan penilaian adil (ta’dil) terhadap para rawi hadits

***

Artikel muslimah.or.id

Fatwa Ramadhan: Bagaimana Hukum Beribadah Hanya pada Bulan Ramadhan?

Pertanyaan:

Sangat disesalkan, ada sebagian orang yang anda lihat pada bulan Ramadhan terus-menerus melakukan shalat lima waktu, tarawih, tahajjud dan membaca Al-Qur’an. Namun, saat bulan Ramadhan sudah berlalu, mereka meninggalkan semua atau sebagian perbuatan taat yang biasa mereka lakukan. Bagaimanakah hukum mereka ini? Apakah amal shalih yang mereka lakukan pada bulan Ramadhan itu diterima Allah? Apa nasihat Syaikh kepada orang-orang seperti ini?

Jawab:

Mengenai bersungguh-sungguh melakukan amal shalih pada bulan Ramadhan merupakan perbuatan yang bagus, (karena) Ramadhan memiliki keistimewaan, dan Ramadhan itu merupakan waktu yang agung. Dan seorang muslim dituntut untuk bersungguh-sungguh dalam melakukan amal shalih sepanjang usianya, selama hidupnya, setiap bulannya. Karena usia merupakan kesempatan yang sangat berharga, sementara manusia akan datang ke suatu tempat yanng membutuhkan amalan. Karena balasan pada hari akhirat itu tergantung amalnya.

Jadi, seorang muslim dituntut memanfaatkan hidupnya di dunia untuk beramal shalih, dan mengkhususkan hari-harinya, waktu-waktunya dengan penuh keutamaan dan penuh kebaikan. Seperti halnya pada bulan Ramadhan, hendaknya dia mengkhususkannya dengan ekstra.

Sedangkan mengenai orang-orang yang mengurangi dan meremehkan ibadah-ibadah fardhu, jika bulan Ramadhan telah datang, mereka bersungguh-sungguh dan menjaga shalat-shalatnya, namun jika Ramadhan telah berlalu, mereka lalu meninggalkan ibadah-ibadah fardhu serta menyia-nyiakannya. Orang-orang seperti ini, kesungguh-sungguhannya pada bulan Ramadhan tidak akan diterima.

Dikatakan kepada sebagian ulama Salaf, ”Ada sebagian kaum yang bersungguh-sungguh (melaksanakan ibadah) pada bulan Ramadhan. Jika Ramadhan sudah berlalu, mereka meninggalkan amalan itu.”

Maka ulama tadi berkomentar, ”Sejelek-jeleknya manusia, adalah mereka, hanya mengenal Allah pada bulan Ramadhan (saja).”

Orang-orang ini, amalan mereka tidak diterima, jika mereka meninggalkan ibadah-ibadah fardhu dan meninggalkan shalat. Sedangkan jika hanya meninggalkan sebagian ibadah sunat, maka mereka tidak berdosa, dan diharapkan amalan pada bulan Ramadhan dapat diterima Allah ’Azza wa Jalla. Wallahu a’lam.

Al Muntaqa min Fatawa Syaikh Shalih Al Fauzan, 3/158-159

Diketik ulang dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun X/1427 H/2006 M

Pembayaran Fidyah


Muraja’ah: Ust. Aris Munandar

Setelah mengetahui hukum tentang pembayaran puasa bagi ibu hamil dan menyusui, kini kita lengkapi ilmu kita tentang cara pembayaran fidyah.

Jenis dan Kadar Fidyah
Ternyata tidak ada dalam nash secara khusus yang menjelaskan tentang jenis dan kadar fidyah. Namun ada beberapa pendapat ulama berkaitan tentang kadar dan jenis fidyah tersebut,

Pendapat pertama, fidyah tersebut adalah sebanyak 1 mud dari makanan untuk setiap harinya. Jenisnya sama seperti jenis makanan pada zakat fitri.
Pendapat kedua, fidyah tersebut sebagaimana yang biasa dia makan setiap harinya.
Pendapat ketiga, fidyah tersebut dapat dipilih dari makanan yang ada.

Dalam kaidah fikih, untuk permasalahan seperti ini maka dikembalikan ke urf (kebiasaan yang lazim). Maka kita dianggap telah sah membayar fidyah jika telah memberi makan kepada satu orang miskin untuk satu hari yang kita tinggalkan. Namun tetap diingat, sebagaimana Imam Nawawi rahimahullah katakan, “Tidak sah apabila membayar fidyah dengan tepung yang sangat halus (sawiq), biji-bijian yang telah rusak. Tidak sah pula membayar fidyah dengan uang.”

Cara Pembayaran:

Inti pembayaran fidyah adalah mengganti satu hari puasa yang ditinggalkan dengan memberi makan satu orang miskin. Namun, model pembayarannya dapat diterapkan dengan dua cara,

1. Memasak atau membuat makanan, kemudian memanggil orang miskin sejumlah hari-hari yang ditinggalkan selama bulan Ramadhan.
2. Memberikan kepada orang miskin berupa makanan yang belum dimasak. Alangkah lebih sempurna lagi jika juga diberikan sesuatu untuk dijadikan lauk.

Pemberian ini dapat dilakukan sekaligus, misalnya membayar fidyah untuk 20 hari disalurkan kepada 20 orang faqir. Atau dapat pula diberikan hanya kepada 1 orang faqir saja sebanyak 20 hari.

Waktu Pembayaran Fidyah

Seseorang dapat membayar fidyah, pada hari itu juga ketika dia tidak melaksanakan puasa. Atau diakhirkan sampai hari terakhir bulan Ramadhan, sebagaimana dilakukan oleh sahabat Anas radhiallahu’anhu ketika beliau telah tua.

Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, ia mengatakan, bahwa ia tidak mampu berpuasa pada suatu tahun (selama sebulan), lalu ia membuat satu bejana tsarid (roti yang diremuk dan direndam dalam kuah), kemudian mengundang sebanyak 30 orang miskin, sehingga dia mengenyangkan mereka. (Shahih sanadnya: Irwaul Ghalil IV:21 dan Daruquthni II: 207 no. 16)

Yang tidak boleh dilaksanakan adalah pembayaran fidyah yang dilakukan sebelum Ramadhan. Misalnya: Ada orang yang sakit yang tidak dapat diharapkan lagi kesembuhannya, kemudian ketika bulan Sya’ban telah datang, dia sudah lebih dahulu membayar fidyah. Maka yang seperti ini tidak diperbolehkan. Ia harus menunggu sampai bulan Ramadhan benar-benar telah masuk, barulah ia boleh membayarkan fidyahnya.

Wallahu a’lam

Disusun ulang dari majalah As Sunnah Edisi Khusus tahun IX dengan berbagai tambahan dari kitab Al Wajiz, Syaikh Abdul ‘Azhim bin Badawi. Pustaka As-Sunnah cet. 2, 2006

***

Artikel muslimah.or.id

Antara Qadha dan Fidyah Bagi Ibu Hamil dan Menyusui


Penyusun: Ummu Ziyad
Murajaah: Ust. Aris Munandar

Kondisi fisik seorang wanita dalam menghadapi kehamilan dan saat-saat menyusui memang berbeda-beda. Namun, pada dasarnya, kalori yang dibutuhkan untuk memberi asupan bagi sang buah hati adalah sama, yaitu sekitar 2200-2300 kalori perhari untuk ibu hamil dan 2200-2600 kalori perhari untuk ibu menyusui. Kondisi inilah yang menimbulkan konsekuensi yang berbeda bagi para ibu dalam menghadapi saat-saat puasa di bulan Ramadhan. Ada yang merasa tidak bermasalah dengan keadaan fisik dirinya dan sang bayi sehingga dapat menjalani puasa dengan tenang. Ada pula para ibu yang memiliki kondisi fisik yang lemah yang mengkhawatirkan keadaan dirinya jika harus terus berpuasa di bulan Ramadhan begitu pula para ibu yang memiliki buah hati yang lemah kondisi fisiknya dan masih sangat tergantung asupan makanannya dari sang ibu melalui air susu sang ibu.

Kedua kondisi terakhir, memiliki konsekuuensi hukum yang berbeda bentuk pembayarannya.

1. Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yang Mengkhawatirkan Keadaan Dirinya Saja Bila Berpuasa
Bagi ibu, untuk keadaan ini maka wajib untuk mengqadha (tanpa fidyah) di hari yang lain ketika telah sanggup berpuasa.

Keadaan ini disamakan dengan orang yang sedang sakit dan mengkhawatirkan keadaan dirinya. Sebagaimana dalam ayat,

“Maka jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka wajib baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (Qs. Al Baqarah[2]:184)

Berkaitan dengan masalah ini, Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan, “Kami tidak mengetahui ada perselisihan di antara ahli ilmu dalam masalah ini, karena keduanya seperti orang sakit yang takut akan kesehatan dirinya.” (al-Mughni: 4/394)

2. Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yang Mengkhawatirkan Keadaan Dirinya dan Buah Hati Bila Berpuasa

Sebagaimana keadaan pertama, sang ibu dalam keadaan ini wajib mengqadha (saja) sebanyak hari-hari puasa yang ditinggalkan ketika sang ibu telah sanggup melaksanakannya.

Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Para sahabat kami (ulama Syafi’iyah) mengatakan, ‘Orang yang hamil dan menyusui, apabila keduanya khawatir dengan puasanya dapat membahayakan dirinya, maka dia berbuka dan mengqadha. Tidak ada fidyah karena dia seperti orang yang sakit dan semua ini tidak ada perselisihan (di antara Syafi’iyyah). Apabila orang yang hamil dan menyusui khawatir dengan puasanya akan membahayakan dirinya dan anaknya, maka sedemikian pula (hendaklah) dia berbuka dan mengqadha, tanpa ada perselisihan (di antara Syafi’iyyah).’” (al-Majmu’: 6/177, dinukil dari majalah Al Furqon)

3 .Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yang Mengkhawatirkan Keadaan si Buah Hati saja

Dalam keadaan ini, sebenarnya sang ibu mampu untuk berpuasa. Oleh karena itulah, kekhawatiran bahwa jika sang ibu berpuasa akan membahayakan si buah hati bukan berdasarkan perkiraan yang lemah, namun telah ada dugaan kuat akan membahayakan atau telah terbukti berdasarkan percobaan bahwa puasa sang ibu akan membahayakan. Patokan lainnya bisa berdasarkan diagnosa dokter terpercaya - bahwa puasa bisa membahayakan anaknya seperti kurang akal atau sakit -. (Al Furqon, edisi 1 tahun 8)

Untuk kondisi ketiga ini, ulama berbeda pendapat tentang proses pembayaran puasa sang ibu. Berikut sedikit paparan tentang perbedaan pendapat tersebut.

Dalil ulama yang mewajibkan sang ibu untuk membayar qadha saja.

Dalil yang digunakan adalah sama sebagaimana kondisi pertama dan kedua, yakni sang wanita hamil atau menyusui ini disamakan statusnya sebagaimana orang sakit. Pendapat ini dipilih oleh Syaikh Bin Baz dan Syaikh As-Sa’di rahimahumallah

Dalil ulama yang mewajibkan sang Ibu untuk membayar fidyah saja.

Dalill yang digunakan adalah sama sebagaimana dalil para ulama yang mewajibkan qadha dan fidyah, yaitu perkataan Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, “Wanita hamil dan menyusui, jika takut terhadap anak-anaknya, maka mereka berbuka dan memberi makan seorang miskin.” ( HR. Abu Dawud)

dan perkataan Ibnu ‘Umar radhiallahu’anhu ketika ditanya tentang seorang wanita hamil yang mengkhawatirkan anaknya, maka beliau berkata, “Berbuka dan gantinya memberi makan satu mud gandum setiap harinya kepada seorang miskin.” (al-Baihaqi dalam Sunan dari jalan Imam Syafi’i, sanadnya shahih)

Dan ayat Al-Qur’an yang dijadikan dalil bahwa wanita hamil dan menyusui hanyaf membayar fidyah adalah, “Dan wajib bagi orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar diyah (yaitu) membayar makan satu orang miskin.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 184)

Hal ini disebabkan wanita hamil dan menyusui yang mengkhawatirkan anaknya dianggap sebagai orang yang tercakup dalam ayat ini.

Pendapat ini adalah termasuk pendapat yang dipilih Syaikh Salim dan Syaikh Ali Hasan hafidzahullah.

Dalil ulama yang mewajibkan sang Ibu untuk mengqadha dengan disertai membayar fidyah

Dalil sang ibu wajib mengqadha adalah sebagaimana dalil pada kondisi pertama dan kedua, yaitu wajibnya bagi orang yang tidak berpuasa untuk mengqadha di hari lain ketika telah memiliki kemampuan. Para ulama berpendapat tetap wajibnya mengqadha puasa ini karena tidak ada dalam syari’at yang menggugurkan qadha bagi orang yang mampu mengerjakannya.

Sedangkan dalil pembayaran fidyah adalah para ibu pada kondisi ketiga ini termasuk dalam keumuman ayat berikut,

“…Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin…” (Qs. Al-Baqarah [2]:184)

Hal ini juga dikuatkan oleh perkataan Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, “Wanita hamil dan menyusui, jika takut terhadap anak-anaknya, maka mereka berbuka dan memberi makan seorang miskin.” (HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh Al Bani dalam Irwa’ul Ghalil). Begitu pula jawaban Ibnu ‘Umar radhiallahu’anhu ketika ditanya tentang wanita hamil yang khawatir terhadap anaknya, beliau menjawab, “Hendaklah berbuka dan memberi makan seorang miskin setiap hari yang ditinggalkan.”

Adapun perkataan Ibnu Abbas dan Ibnu ‘Umar radhiallahu’anhuma yang hanya menyatakan untuk berbuka tanpa menyebutkan wajib mengqadha karena hal tersebut (mengqadha) sudah lazim dilakukan ketika seseorang berbuka saat Ramadhan.



Demikian pembahasan tentang qadha dan fidyah yang dapat kami bawakan. Semoga dapat menjadi landasan bagi kita untuk beramal. Adapun ketika ada perbedaan pendapat dikalangan ulama, maka ketika saudari kita menjalankan salah satu pendapat ulama tersebut dan berbeda dengan pendapat yang kita pilih, kita tidak berhak memaksakan atau menganggap saudari kita tersebut melakukan suatu kesalahan.

Semoga Allah memberikan kesabaran dan kekuatan bagi para Ibu untuk tetap melaksanakan puasa ataupun ketika membayar puasa dan membayar fidyah tersebut di hari-hari lain sambil merawat para buah hati tercinta. Wallahu a’alam.

Maraji’:
Majalah As Sunnah Edisi Khusus Tahun IX/1426H/2005M
Majalah Al Furqon Edisi 1 Tahun VII 1428/2008
Majalah Al Furqon Edisi Khusus Tahun VIII 1429/2008
Kajian Manhajus Salikin, 11 Desember 2006 bersama Ust. Aris Munandar hafidzahullah
Panduan dan Koreksi Ibadah-Ibadah di Bulan Ramadhan, Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifullah. Majelis Ilmu. Cet 1 2008

***

Artikel muslimah.or.id

Keutamaan Shaum Ramadhan adalah ...

a. Sebagai sarana untuk meningkatkan takwa kepada Allah SWT

Dengan berpuasa paling tidak seseorang dengan senantiasa ingat kepada penciptanya, sehingga dia dapat menjaga diri dari semua hal yang dilarang oleh Allah SWT, mengendalikan hawa nafsu dan menundukkannya kepada hukum dan peraturan Allah SWT. Allah berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 183 yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Juga firmannya dalam Surat Al Baqarah ayat 187 yang artinya :
“Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepada manusia supaya mereka bertakwa”

b. Mempunyai dampak positif bagi kesehatan baik rohani maupun jasmani, namun kebanyakan orang tidak mengetahuinya.

Allah SWT berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 184 yang artinya :
“Dan berpuasa itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.”

c. Sebagai sarana untuk mensyukuri nikmat Allah SWT. dan mengagungkan kebesaranNya secara amaliah.

Allah SWT berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 185 yang artinya :
“Supaya kamu membesarkan Allah atas petunjuk-petunjuknya yang telah diberikan kepadamu dan agar kamu bersyukur.”


d. Sarana untuk mencari hidup, kebenaran dan penghambaan yang hakiki

Allah SWT berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 186 yang artinya :
“Hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.

e. Sebagai tempat menuai pahala, kebaikan dan ampunan

Diriwayatkan dari Abi Sa’id Al Khudry Ra. bahwasanya Rasulullah Saw bersabda yang artinya :
“Tidaklah berpuasa seorang hamba selama satu hari fisabilillah melainkan Allah SWT akan menjauhkan diri orang itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun”.(HR. Jama’ah kecuali Abu Daud).


f. Untuk mendapatkan Syafa’at dariNya

Sebab dengan syafa’at Allah tersebut, nanti pada hari kiamat puasa akan menggunakan haknya utnuk menolong orang-orang yang mengerjakannya.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amir Ra. bahwa Rasulullah bersabda yang artinya:
“Puasa dan Al Qur’an itu akan memberi syafa’atbagi seorang hamba di hari kiamat. Berkata puasa : “Ya Tuhan aku menyebabkan dia menahan makan dan syahwatnya di siang hari, maka berilah aku izin untuk memberi syafa’at untuknya dan berkata Al Qur’an : “Aku mencegah dia tidur di malam hari karenanya izinkanlah aku memberi syafa’at untuknya”. Maka Syafa’at keduanya diterima oleh Allah.” (HR. Ahmad dengan sanad yang shahih).

g. Ganjaran puasa yang tidak terbatas

Puasa itu adalah untuk Allah SWt, dan Dia-lah yang memberi ganjarannya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra. : bahwa Rasulullah Saw. bersabda yang artinya :
“Allah Azza wa Jalla berfirman : “Semua amalan manusia untuk dirinya, kecuali puasa, maka ia adalah untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan memberinya ganjaran. Dan puasa itu merupakan benteng (perisai), maka ketika datang saat berpuasa, janganlah kamu berkata kotor, berteriak-teriak, mencaci maki. Seandainya dicaci oleh seseorang atau diajak berkelahi hendaknya ia menjawab : “Saya ini sedang berpuasa”2x. demi Tuhan yang nyawa Muhammad ada di tanganNya, bau mulut orang yang berpuasa itu akan mendapat dua kegembiraan yang menyenangkan hati. Pada saat berbuka, ia akan bergembira dengan berbuka itu, dan disaat dia bertemu dengan Tuhannya, ia akan bergembira karena puasa itu”. (HR. Ahmad, Muslim, dan Nasa’i).

h. Disiapkan tempat khusus di akhirat

Mengenai hal ini, terdapat beberapa riwayat yang bisa kita pelajari, diantaranya :
1) Diriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad Ra bahwasanya Rasulullah Saw bersabda yang artinya :
“Sesungguhnya surga itu mempunyai sebuah pintu disebut “Rayyan”. Dipanggillah pada hari kiamat : “Hai, mana orang-orang yang berpuasa?” jika telah masuk orang yang terakhir dari mereka, ditutupkan pintu surga itu”. (HR. Bukhari dan Muslim)

2) Diriwayatkan dari Umamah Ra. ia berkataaku datang kepada Rasulullah Saw. dan kataku : “Suruhlah aku untuk melakukan suatu amal yang dapat memasukkan aku ke dalam surga!” maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya :
“Hendaklah kamu berpuasa, karena itu tak ada tandingannya. Lalu saya pun mendatangi Nabi Saw. untuk keduanya, maka beliau bersabda : “Hendaklah kamu berpuasa”. (HR. Ahmad, Nasa’I dan Al Hakim, menyatakannya sebagai hadits Shahih).

3) Diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra. dia berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda yang artinya :
“Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan keridhoan Allah SWT akan diampuni dosa-dosanya yang telah lewat.” (HR. Ahmad dan Ash Hubus Sunan).


Amalan-amalan yang dianjurkan pada bulan Ramadhan

a. Qiyam Ramadhan (Shalat Tarawih dan Shalat Witir)
b. I’tikaf
c. Memburu Lailatul Qadar
d. Banyak berdo’a
e. Tidak melakukan hal-hal yang bisa mengurangi pahala puasa
f. Bersiwak
g. Giat membaca dan mempelajari Al Qur’an
h. Memperbanyak bersedekah dan beramal kebajikan

Sumber Referensi :
Sa’id Hawwa. 1397 H. Al Islam, Tindak Lanjut Syahadatain. Al Ishlahy Press : Jakarta.
Sasaky, Marsuni & Hasbullah, Marsuni. 1997. Seluk Beluk Ramadhan dan amalan-amalannya sesuai dengan Sunnah Rasul. CV. Sa’adiyah Putra : Jakarta

Kegembiraan hilang Di Ghaza


Ihab Al-Ashqar (14 tahun) remaja Gaza, hanya tersenyum getir sewaktu dirinya menjelaskan mengapa dia tidak merasakan kegembiraan menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

"Semua perlintasan ditutup. Mereka (Israel) telah membunuh kami secara pelan-pelan," katanya kepada IOL.

Seperti kebanyakan penduduk Gaza yang berjumlah 1.6 juta jiwa, Ashqar salah satu yang merindukan kegembiraan yang dibawa bulan Ramadhan kepada umat Islam setiap tahunnya.

Tahun ini, dari fajar sampai terbenamnya matahari bulan puasa datang ke Gaza dengan serangan pasukan Israel yang kejam dan dibawah kepungan yang menyesakkan.

"Hati kami dan rumah-rumah kami penuh dengan kesedihan dan dukacita," kata Al-Huda Astal dengan wajah muram.

"Kehidupan kami penuh kesiagaan. Kami hampir tidak bisa bernafas."

Zionis Israel telah mengisolasi wilayah tersebut dan penduduk sipilnya dari dunia luar sejak Hamas memenangkan Pemilu pada tahun 2006 lalu, serta menutup semua jalur perlintasan.

Israel memblokade bantuan kemanusiaan termasuk barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti keju, sikat gigi, odol, sabun dan kertas toilet.

Om-Basel salah seorang warga Gaza khawatir, kegembiraan sewaktu berbuka puasa dengan keluarganya akan diliputi kegelapan apabila Israel terus menghalangi masuknya bahan bakar ke Gaza.

"Kehidupan kami menjadi sangat berat untuk dipikul," kata salah seorang Ibu warga Gaza.

Dalam bulan Ramadhan, umat Islam mendedikasikan waktu mereka untuk berpuasa menahan diri untuk makan dan minum serta behubungan suami istri, dan menjauhi segala larangan dan lebih mendekatkan diri kepada Allah melalui sholat, membaca Al-Quran dan ibadah-ibadah lainnya.


Kesulitan Hidup

Di Gaza saat ini masyarakat sedang mempersiapkan diri memasuki bulan suci ramadhan yang paling sulit dari tahun-tahun sebelumnya.

"Dalam menyambut Ramadhan, dulu biasanya masyarakat membanjiri pasar untuk membeli kebutuhan selama bulan puasa nanti," kata Muhammad Farag seorang pedagang kepada IOL.

"Namun untuk tahun ini, kami hanya bisa menjual sedikit barang dan masyarakat pun tidak mampu untuk membeli karena tidak memiliki uang."

Abu Muhammad Al-Shawwa berjalan menuju pasar untuk berburu apa saja yang bisa dia beli untuk keluarganya dengan sedikit uang yang ia miliki.

"Harga barang-barang meroket tinggi," katanya dengan putus asa.

"Bahkan barang-barang yang bisa saya sediakan untuk keluarga saya tahun lalu tidak akan tersedia di meja makan kami untuk tahun ini."

Pengangguran meningkat lebih dari 60 persen di Gaza dan Bank dunia memperkirakan dua pertiga penduduk Gaza saat ini di bawah garis kemiskinan.

Lebih dari satu juta penduduk Gaza hidup dari bantuan makanan yang diberikan PBB.

Nihad Al-Hilwan seorang ibu dari delapan anak yang suaminya saat ini menjadi pengangguran, mengatakan bahwa mereka akan sangat beruntung jika mempunyai makanan untuk Ifthar (berbuka puasa) pada saat bulan Ramadhan nanti.

"Saya hanya berharap anak-anak saya mendapatkan satu jenis makanan untuk bisa dimakan pada bulan ramadhan nanti."

Anaknya yang masih kecil bernama We'am telah mengetahui bahwa daging, ikan dan buah-buahan akan hilang dari daftar menu makanan mereka.

Namun yang paling menyedihkan bagi dirinya adalah dia tidak akan mendapat lentera berwarna warni pada bulan ramadhan kali ini yang biasa ayahnya belikan setiap tahun.

"Bahkan tidak untuk sebuah lentera," katanya dengan tangisan yang tersedu-sedu.

"Ini akan menjadi ramadhan yang paling menyedihkan yang kami alami."(fq/iol)

Batalkah puasa jika ...

Oleh : Zaharuddin Abd Rahman

Ulama terbilang dunia ketika ini, Dr Yusoff Al-Qaradhawi pernah menyebut dan meluah rasa kurang setuju beliau dengan tindakan para ulama yang terlalu meluaskan perbuatan yang membatalkan puasa. Beliau lebih setuju untuk mengecilkan skop dan ruang lingkup pembatalan puasa kepada perbuatan yang benar-benar terdapat dalil tepat dari al-Quran, al-Hadith dan disepakati ulama sahaja.

Beliau berpendapat perbincangan panjang lebar oleh ulama silam, antaranya para ulama dari mazhab Hanafi dan ulama mazhab-mazhab lain menyebut sekitar 57 bentuk perbuatan yang membatalkan puasa adalah adalah tindakan yang kurang sesuai. Malah ia juga amat digemari oleh ulama masa kini sehingga terdapat yang menghabiskan masa begitu lama untuk merangka fatwa, berijtihad dan meletakkan kaedah bagi sesuatu perbuatan. Adakalanya ia adalah isu yang tidak memerlukan perhatian begitu mendalam.

Ramadhan Mubarak Buat Semua Pengunjung zaharuddin.net : Ust Zaharuddin Abd RahmanMasalah ini dilihat semakin bertambah, apabila ijtihad dalam bab ini semakin bercambah hingga menyebabkan kesukaran orang kebanyakkan (awam) menjalankan ibadah ini dengan tenang kerana perincian perbuatan yang membatalkan puasa amat cabang (furu') dan terlampau banyak. Ia menyebabkan orang awam yang terhad kemampuan, masa dan rujukan sering berada dalam kebimbangan dengan isu batal dan tidak batal puasa ini. Lebih dikesali adalah perbincangan tentang ini juga ada meninggalkan perbincangan yang lebih besar berkenaan Ramadhan. (Taysir al-Fiqh - Fiqh As-Siyam, hlm 86-87)

Sebagai contoh, antara isu terbesar yang patut diberikan fokus mendalam di waktu Ramadhan adalah :-

1) Raih Taqwa : Firman Allah yang mengarahkan kita berusaha meraih taqwa di dalam bulan ini. Perbincangan berkenaan kaedah, cara dan cabaran yang boleh menghalang kita mencapai target ini perlu diberikan perhatian lebih.

2) Bulan Ingatan Fungsi Al-Quran : Firman Allah yang menyebut bahawa Al-Quran diturunkan di bulan Ramadhan ini sebagai petunjuk, dan bukti kebenaran petunjuk dan pembeza di antara haq dan yang batil. Justeru perbincangan berkenaan kemestian umat Islam kembali kepada Al-Quran sebagai satu-satunya formula untuk berjaya sebagai golongan bertaqwa dan selamat dunia akhirat perlu diperhebat.

3) Amaran Terhadap Pengikis Pahala Ramadhan Yang 'Confirmed' : Sabda-sabda Nabi berkenaan tindakan yang boleh menghapuskan pahala puasa Ramadhan seperti bercakap kotor, nista, carut dan perbuatan jahat dan keji di waktu bulan ini. Ia perlu dipertekankan kerana ia adalah perkara yang disepakati bakal merosakkan pahala puasa seseorang walaupun ia tidak sampai membatalkan zahir puasanya.

4) Kaedah Penambah Pahala & Redha Allah di Bulan Ramadhan Yang 'Confirmed': Sabda-sabda Nabi yang mengandungi janji-janji dan tawaran Allah di bulan ini juga perlu diperluas kepada orang ramai agar semakin ramai yang berpotensi ke Syurga Allah sekaligus melemahkan fungsi Syaitan dan nafsu amarah yang sentiasa ingin mengajak kepada kemaksiatan.

Adapun isu perkara yang membatalkan puasa, sewajarnya ditumpukan kepada hukum yang disepakati sahaja. Justeru, larangan yang disepakati tatkala puasa adalah menahan nafsu syahwat, menanggung lapar dan dahaga serta menahan diri dari bersetubuh dengan isteri di siang hari dengan niat ikhlas ibadat kerana Allah. Inilah yang dijelaskan dari al-Quran dan as-sunnah, demikian juga menjauhi kata-kata nista, bohong, mengumpat, cercaan dan lain-lain dosa anggota demi kerana Allah. Ia disebut di dalam ayat al-Baqarah : 187 dan disokong oleh hadith-hadith yang banyak.

Merokok, keluar darah haid atau nifas dan hilang aqal adalah dipersetujui secara sepakat ulama membatalkan puasa.

IPB Image


Adapun yang tidak disepakati, boleh dibincangkan cuma jangan sampai ia mengambil perhatian utama kita apabila berada di dalam Ramdhan. Sebagai panduan, berikut disertakan beberapa hukum secara ringkas berkaitan puasa yang kerap ditanya oleh orang ramai :-

1) Darah keluar dari tubuh; samada untuk berbekam, ambil darah pesakit, menderma darah, tercedera, darah dari hidung, tangan dan lain-lain.

Hukumnya : Tidak batal puasa kerana yang membatalkan adalah yang masuk ke tubuh melalui saluran terbuka hingga ke perut dan bukannya ‘yang keluar' dari tubuh. (As-Siyam Muhdathatuhu wa hawadithuhu, Dr Muhd ‘Uqlah, hlm 215). Manakala pandangan pembatalan puasa dengan berbekam yang berdalil hadith riwayat Abu Daud dan Ibn Majah dengan sanad sohih menurut Imam An-Nawawi, ia telah di pinda (nasakh) dengan hadith dari Ibn Abbas yang menyebut Nabi SAW berbekam dalam keadaan baginda berpuasa. (Riwayat Al-Bukari, 3/43) kerana hadith dari Ibn Abbas ini berlaku tatkala Haji Wida' dan terkemudian dari hadith yang menyebut batal kerana bekam. (Tasysir al-Fiqh, Qaradawi, hlm 90). Malah ini juga padangan majority mazhab kecuali Hanbali. ( Bidayatul Mujtahid, 1/247)

2) Memasukkan sesuatu ke dalam rongga terbuka dan dikeluarkan kembali tanpa sampai ke perut dan yang seumpamanya di bahagian kepala.

Ia seperti memasukkan alat tertentu ke dalam kemaluan wanita atau dubur ketika proses perubatan yang berkaitan, demikian juga memasukkan jari ke dalam hidung, telinga, mulut dan dubur.

Hukumnya : Tidak membatalkan puasa kecuali jika alatan itu dibiar tinggal di dalam kemaluan tadi, kerana illah @ faktor penyebab batal puasa adalah masuknya sesuatu berfizikal ke perut. Terkecuali juga, wanita atau lelaki yang memasukkan jarinya ke dubur atau kemaluannya dengan tujuan nafsu, maka ia membatalkan puasa, tetapi jika tujuan istinja' atau membasuhnya maka hukum yang lebih kuat menurut para ulama adalah tidak batal. (As-Siyam, Dr Md ‘Uqlah, hlm 211). Ini juga dipersetujui oleh Syeikh Atiyyah Saqar yang mengatakan masuk sesuatu ke telinga dan hidung yang tidak sampai ke perut atau bahagian otak adalah tidak membatalkan puasa. (Min Ahsanil Kalam fil Fatawa). Tidak dinafikan terdapat fatwa yang mengatakan batal, justeru, nasihat saya adalah lebih baik menjauhinya kiranya tiada tujuan yang agak mendesak. Kerana menjauhi yang khilaf (perbezaan pendapat) itu lebih baik.

3) Pil elak haid untuk puasa penuh:

Hukumnya : Harus dengan syarat tidak membawa mudarat kepada pusingan haidnya, dan memerlukan nasihat doktor Islam yang berwibawa.

4) Penyembur gas untuk pesakit lelah:

Hukumnya : Baru-baru ini pada bulan Julai 2007, Persidangan Majlis Fiqh Antarabangsa di Putrajaya ada membincangkan isu ini. Tidak dinafikan ia satu isu yang amat kerap dibincangkan oleh para ulama seantero dunia dan mereka berbeza pandangan apabila sebahagian menyatakannya batal dan sebahagian lain menolak.

Menurut kajian terperinci bantuan para doktor, mendapati gas semburan itu punyai jisim-jisim putih yang jelas kelihatan jika di sembur di atas kertas. Selain itu, hampir 90 % darinya akan terus masuk ke tekak dan melekat di esophagus dan terus ke perut. Ini bermakna ianya jisim-jisim gas itu masuk ke perut setiap kali semburan. Justeru sudah pasti ia membatalkan puasa. Demikian pandangan awal dari Majlis Fiqh Antarabangsa yang bersidang Juali 2007 baru-baru ini, tetapi kemudiannya mereka menarik balik keputusan mereka untuk dibincangkan lebih terperinci dalam persidangan akan datang.

Bagaimanapun para ulama masih bergantung kepada makumat jelas dari para doktor bagi memberikan fatwa tepat kerana Syeikh At-Tantawi, Syeikh Dr Muhd ‘Uqlah, menyebut hukumnya tidak batal kerana gas itu hanya terhenti di paru-paru dan tidak masuk ke perut. Manakala, ubat lelah jenis hidu melalui hidung adalah membatalkan puasa kerana ia akan masuk ke bahagian kepala. (As-Siyam, Dr Md Uqlah, hlm 226)

5) Suntikan ke dalam tubuh melalui tangan, kaki selain rongga terbuka yang asal:

Hukumnya : Terdapat dua jenis : samada untuk berubat atau untuk menguatkan. Jika ia digunakan untuk mengurangkan demam, bius, pain killer dan apa jua tujuan asas perubatan, ia disepakati tidak membatalkan puasa (Al-Qaradawi, hlm 100 ; ‘Uqlah , hlm 226). Demikian juga hukumnya suntikan kalsium dan sebagainya untuk kekuatan badan demi perubatan.

Berkenaan suntikan makanan, air seperti glukos dan sepertinya untuk tujuan perubatan; para ulama sekali lagi berbeza pandangan : Pandangan majoriti adalah : Tidak membatalkan puasa kerana ia tidak masuk ke dalam tubuh melalui rongga terbuka dan ia tidak mengenyangkan serta tidak bercangah dengan hikmah puasa. Ia adalah fatwa oleh Syeikh Dr Yusof Al-Qaradawi, Syeikh Md Bakhit, Syeikh Abd Rahman Taj, Syeikh Ahmad As-Syurbashi, Keputusan Lajnah Fatwa Azhar tahun 1948 (Taysir Al-Fiqh As-Siyam, hlm 100; Fatawa Syar'iyyah, hlm 268 ; Yasalunaka, 5/53 dll ).

Bagaimanapun, suntikan jenis makanan ini membatalkan puasa terutama jika dilakukan secara sengaja untuk melarikan diri dari ujian keletihan lapar dahaga puasa.

6) Berkumur-kumur dan air masuk ke rongga hidung semasa wudhu.

Hukumnya : Tidak membatalkan puasa, cuma jika berlebihan berkumur ulama Syafie mengatakannya terbatal. Justeru, jauhilah berlebihan di ketika puasa dalah lebih baik.

Ia berdasarkan hadith : "Sempurnakan wudhu , basuhlah celah-celah jari jemarimu, dan lebih-lebihkan menyedut air ke hidungmu kecuali tatkala kamu berpuasa ( Riwayat Abu Daud , no 142 ; At-Tirmidzi, 788 ; Al-Hakim, Sohih menurut Ibn Khuzaymah, Ibn Hibban & Al-Hakim dan dipersetujui oleh Az-Zahabi ; albani ; Sohih).

7) Melakukan Maksiat seperti tidak solat:

Hukumnya : Tidak batal puasa menurut majoriti mazhab dan ulama. Akan tetapi dosa maksiat itu akan ditanggung berasingan mengikut jenis maksiat, malah mungkin bertambah besar dosanya kerana mencarik kehormatan Ramdhan. Pahala puasanya pula akan terhapus Selain itu, ia juga mencarikkan keseluruhan tujuan berpuasa iaitu bagi melahirkan insan taqwa dan jauh dari maksiat. (Qaradawi, hlm 104) Nabi bersabda : "Barangsiapa sempat bertemu Ramadhan dan tidak diampun dosanya, maka semakin jauh ia dengan Allah" (Riwayat Ibn Hibban)

8) Mencium lelaki dan wanita semasa berpuasa

Hukumnya : Mencium isteri atau suami tatkala berpuasa, tidak batal menurut majoriti ulama.

Ia berdasarkan beberapa dalil antaranya :-

كان رسول اللَّهِ يُقَبِّلُ وهو صَائِمٌ وَيُبَاشِرُ وهو صَائِمٌ وَلَكِنَّهُ كان أَمْلَكَ لِإِرْبِهِ

Ertinya : "Nabi S.a.w mencium dan bermesra (dengan isterinya) dalam keadaan ia berpuasa, tetapi baginda adalah seorang yang menguasai diri dan nafsunya" (Riwayat Abu Daud, 2/311 ; Syuaib arnaout : Sohih)

Dan satu lagi adalah : -

فجاء شاب فقال أقبل يا رسول الله وأنا صائم قال لا قال فجاء شيخ فقال أقبل وأنا صائم قال نعم قال فنظر بعضنا إلى بعض فقال النبي قد علمت لم نظر بعضكم إلى بعض إن الشيخ يملك نفسه رواه أحمد والطبراني في الكبير وفيه ابن لهيعة وحديثه حسن وفيه كلام

Ertinya : Kami bersama Nabi tiba-tiba didatangi oleh seorang pemuda dan bertanya : Aku berpuasa dan aku mencium isteriku, jawab nabi : Jangan ; tiba-tiba dating seorang tua dan bertanya soalan yang sama : Jawab nabi : Ya ( tiada masalah) ; kami kami saling berpandangan antara satu sama lain, maka nabi berkata :-

"aku tahu apa mengapa kamu saling berpandangan antara satu sama lain, sesungguhnya orang tua mampu mengawal dirinya (nafsu)" (Riwayat Ahmad dan At-Tabrani, sanad terdapat Ibn Lahi'ah yang diperkatakan tentangnya, menyebabkan hadis dianggap dhoif)

Al-Qaradawi pula menambah "berapa ramai orang tua zaman sekarang yang turut tidak mampu mengawal nafsunya " (Fiqh As-Siyam, hlm 106 )

Kesimpulannya, ia tidak membatalkan puasa dan ciuman sebegini tidak harus jika ia boleh membawa mudarat seperti menaikkan nafsu dan boleh membawa kepada persetubuhan di siang hari ramadhan.

9) Wanita tamat haid

Wanita tamat haid pada waktu malam dan sempat niat pada waktu malamnya sebelum naik fajar subuh. Ia dikira sah walaupun belum mandi hadas. Jika ia tidak sempat berniat sebelum fajar subuh, seperti belum makan dan minum apa-apa pada pagi itu, kemudian pada jam 8 pagi haidnya kering, ia tidak dikira boleh berpuasa pada hari itu kerana tiada niat bagi puasa wajib boleh dibuat selepas terbit fajar.

Demikian juga ditegaskan oleh majoriti ulama (Al-Mughni, Ibn Quddamah, 4/201)

Dalilnya adalah :-

من لم يُجْمِعْ الصِّيَامَ قبل الْفَجْرِ فلا صِيَامَ له

Ertinya : "Barangsiapa yang tidak berniat untuk puasa sebelum fajar, tiada puasa (wajib) baginya" (Riwayat Abu Daud, 3/108; Albani: Sohih )

10) Keluar air mazi

Air mazi adalah air yang keluar dari kemaluan lelaki atau perempuan kerana naik syahwat. Banyak persoalan berkenaan keluarnya air mazi semasa berpuasa, samada ia membatalkan puasa atau tidak.?

Zahir dalam mazhab Hanbali menyatakan, ia membatalkan puasa.

Bagaimanapun mazhab Hanafi, Syafie, Awzai'e, Hasan albasri, As-Sya'bi dan Imam Ahmad dalam satu pendapatnya berfatwa keluarnya air mazi tidak membatalkan puasa. Saya lebih cenderung dengan pendapat ini.

11) Keluar air mani tanpa setubuh

Mencium dan menyentuh sehingga keluarnya mani dengan syahwat adalah membatalkan puasa dan wajib qadha, ia adalah disepakati oleh seluruh ulama.

Adapun keluarnya air mani hanya kerana berfikir lucah dan melihat dengan syahwat, ia tidaklah batal menurut sebahagian ulama termasuk mazhab Syafie, Hanafi. (Al-Mughni, 4/159)

Manakala mazhab Hanbali dan Maliki mengatakannya batal.

Walau bagaimanapun, saya lebih cenderung dengan pendapat yang mengatakannya batal kerana ia benar-benar bercanggah dengan tujuan dan maqasid puasa dalam Islam. Selain itu, ia juga adalah sama dengannya keluar mani kerana sentuhan.

Keluar air mani kerana bermimpi di siang hari Ramadhan atau kerana sakit tertentu. Sepakat ulama menyatakan ia tidak membatalkan puasa.

12) Menelan air liur

Hukum : Ia tidak membatalkan puasa disebabkan terlalu sukarnya untukmenjaga hal seperti ini. (Al-Mughni, Ibn Quddamah, 4/159)

13 ) Mandi

Tiada masalah untuk orang berpuasa mandi, ia tidak membatalkan puasa. Dalilnya adalah hadis yang menunjukkan Nabi s.a.w mengizinkan orang yang junub mandi selepas waktu subuh. Ibn Abbas juga pernah disebutkan mandi ketika berpuasa.

14) Berniat berbuka atau membatalkan puasa sebelum waktu.

Tindakan sebegini adalah membatalkan puasa menurut mazhab Syafie, Hanbali dan Hanafi. Cuma jika dengan segera seseorang itu kembali berniat dan membetulkan niatnya tadi, puasa tidak terbatal.

Justeru, seluruh individu berpuasa wajib menjaga niatnya agar tidak terpesong untuk membatalkannya. Imam Ibn Quddamah menolak pandagan yang mengatakan tidak batal kerana ibadah itu adalah berdasarkan niat seperti solat juga yang akan terbatal jika berniat membatalkannya. (Al-Mughni, 4/175)

Sekian,

Ramadhan Al-Mubarak dan selamat menjalani ibadah puasa untuk semua pengunjung zaharuddin.net

Zaharuddin Abd Rahman

13 Sept 2007

01 Ramadhan 1428 H

http://www.zaharuddin.net/

Ganjaran untuk Orang yang Berpuasa


Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.’” (HR. Muslim no. 1151)

Dalam riwayat lain dikatakan,

قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ ، فَإِنَّهُ لِى

“Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku.’” (HR. Bukhari no. 1904)

Dalam riwayat Ahmad dikatakan,

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ كُلُّ الْعَمَلِ كَفَّارَةٌ إِلاَّ الصَّوْمَ وَالصَّوْمُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ

“Allah ‘azza wa jalla berfirman (yang artinya), ‘Setiap amalan adalah sebagai kafaroh/tebusan kecuali amalan puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya.’” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)

Pahala yang Tak Terhingga di Balik Puasa

Dari riwayat pertama, dikatakan bahwa setiap amalan akan dilipatgandakan sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kebaikan yang semisal. Kemudian dikecualikan amalan puasa. Amalan puasa tidaklah dilipatgandakan seperti tadi. Amalan puasa tidak dibatasi lipatan pahalanya. Oleh karena itu, amalan puasa akan dilipatgandakan oleh Allah hingga berlipat-lipat tanpa ada batasan bilangan.

Kenapa bisa demikian? Ibnu Rajab Al Hambali –semoga Allah merahmati beliau- mengatakan,”Karena puasa adalah bagian dari kesabaran”. Mengenai ganjaran orang yang bersabar, Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Qs. Az Zumar: 10)

Sabar itu ada tiga macam yaitu [1] sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah, [2] sabar dalam meninggalkan yang haram dan [3] sabar dalam menghadapi takdir yang terasa menyakitkan. Ketiga macam bentuk sabar ini, semuanya terdapat dalam amalan puasa. Dalam puasa tentu saja di dalamnya ada bentuk melakukan ketaatan, menjauhi hal-hal yang diharamkan, juga dalam puasa seseorang berusaha bersabar dari hal-hal yang menyakitkan seperti menahan diri dari rasa lapar, dahaga, dan lemahnya badan. Itulah mengapa amalan puasa bisa meraih pahala tak terhingga sebagaimana sabar.

Amalan Puasa Khusus untuk Allah

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Allah Ta’ala berfirman, “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku.” Riwayat ini menunjukkan bahwa setiap amalan manusia adalah untuknya. Sedangkan amalan puasa, Allah khususkan untuk diri-Nya. Allah menyandarkan amalan tersebut untuk-Nya.

Kenapa Allah bisa menyandarkan amalan puasa untuk-Nya?

[Alasan pertama] Karena di dalam puasa, seseorang meninggalkan berbagai kesenangan dan berbagai syahwat. Hal ini tidak didapati dalam amalan lainnya. Dalam ibadah ihram, memang ada perintah meninggalkan jima’ (berhubungan badan dengan istri) dan meninggalkan berbagai harum-haruman. Namun bentuk kesenangan lain dalam ibadah ihram tidak ditinggalkan. Begitu pula dengan ibadah shalat. Dalam shalat memang kita dituntut untuk meninggalkan makan dan minum. Namun itu dalam waktu yang singkat. Bahkan ketika hendak shalat, jika makanan telah dihidangkan dan kita merasa butuh pada makanan tersebut, kita dianjurkan untuk menyantap makanan tadi dan boleh menunda shalat ketika dalam kondisi seperti itu.

Jadi dalam amalan puasa terdapat bentuk meninggalkan berbagai macam syahwat yang tidak kita jumpai pada amalan lainnya. Jika seseorang telah melakukan ini semua –seperti meninggalkan hubungan badan dengan istri dan meninggalkan makan-minum ketika puasa-, dan dia meninggalkan itu semua karena Allah, padahal tidak ada yang memperhatikan apa yang dia lakukan tersebut selain Allah, maka ini menunjukkan benarnya iman orang yang melakukan semacam ini. Itulah yang dikatakan oleh Ibnu Rajab, “Inilah yang menunjukkan benarnya iman orang tersebut.” Orang yang melakukan puasa seperti itu selalu menyadari bahwa dia berada dalam pengawasan Allah meskipun dia berada sendirian. Dia telah mengharamkan melakukan berbagai macam syahwat yang dia sukai. Dia lebih suka mentaati Rabbnya, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya karena takut pada siksaan dan selalu mengharap ganjaran-Nya. Sebagian salaf mengatakan, “Beruntunglah orang yang meninggalkan syahwat yang ada di hadapannya karena mengharap janji Rabb yang tidak nampak di hadapannya.” Oleh karena itu, Allah membalas orang yang melakukan puasa seperti ini dan Dia pun mengkhususkan amalan puasa tersebut untuk-Nya dibanding amalan-amalan lainnya.

[Alasan kedua] Puasa adalah rahasia antara seorang hamba dengan Rabbnya yang tidak ada orang lain yang mengetahuinya. Amalan puasa berasal dari niat batin yang hanya Allah saja yang mengetahuinya dan dalam amalan puasa ini terdapat bentuk meninggalkan berbagai syahwat. Oleh karena itu, Imam Ahmad dan selainnya mengatakan, “Dalam puasa sulit sekali terdapat riya’ (ingin dilihat/dipuji orang lain).” Dari dua alasan inilah, Allah menyandarkan amalan puasa pada-Nya berbeda dengan amalan lainnya.

Sebab Pahala Puasa, Seseorang Memasuki Surga

Lalu dalam riwayat lainnya dikatakan, Allah ‘azza wa jalla berfirman (yang artinya), “Setiap amalan adalah sebagai kafaroh/tebusan kecuali amalan puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku.”

Sufyan bin ‘Uyainah mengatakan, “Pada hari kiamat nanti, Allah Ta’ala akan menghisab hamba-Nya. Setiap amalan akan menembus berbagai macam kezholiman yang pernah dilakukan, hingga tidak tersisa satu pun kecuali satu amalan yaitu puasa. Amalan puasa ini akan Allah simpan dan akhirnya Allah memasukkan orang tersebut ke surga.”

Jadi, amalan puasa adalah untuk Allah Ta’ala. Oleh karena itu, tidak boleh bagi seorang pun mengambil ganjaran amalan puasa tersebut sebagai tebusan baginya. Ganjaran amalan puasa akan disimpan bagi pelakunya di sisi Allah Ta’ala. Dengan kata lain, seluruh amalan kebaikan dapat menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan oleh pelakunya. Sehingga karena banyaknya dosa yang dilakukan, seseorang tidak lagi memiliki pahala kebaikan apa-apa. Ada sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa hari kiamat nanti antara amalan kejelekan dan kebaikan akan ditimbang, satu yang lainnya akan saling memangkas. Lalu tersisalah satu kebaikan dari amalan-amalan kebaikan tadi yang menyebabkan pelakunya masuk surga.

Itulah amalan puasa yang akan tersimpan di sisi Allah. Amalan kebaikan lain akan memangkas kejelekan yang dilakukan oleh seorang hamba. Ketika tidak tersisa satu kebaikan kecuali puasa, Allah akan menyimpan amalan puasa tersebut dan akan memasukkan hamba yang memiliki simpanan amalan puasa tadi ke dalam surga.

Dua Kebahagiaan yang Diraih Orang yang Berpuasa

Dalam hadits di atas dikatakan, “Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya.”

Kebahagiaan pertama adalah ketika seseorang berbuka puasa. Ketika berbuka, jiwa begitu ingin mendapat hiburan dari hal-hal yang dia rasakan tidak menyenangkan ketika berpuasa, yaitu jiwa sangat senang menjumpai makanan, minuman dan menggauli istri. Jika seseorang dilarang dari berbagai macam syahwat ketika berpuasa, dia akan merasa senang jika hal tersebut diperbolehkan lagi.

Kebahagiaan kedua adalah ketika seorang hamba berjumpa dengan Rabbnya yaitu dia akan jumpai pahala amalan puasa yang dia lakukan tersimpan di sisi Allah. Itulah ganjaran besar yang sangat dia butuhkan.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا تُقَدِّمُوا لأنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا

“Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.” (Qs. Al Muzammil: 20)

يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا

“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya).” (Qs. Ali Imron: 30)

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.” (Qs. Az Zalzalah: 7)

Bau Mulut Orang yang Berpuasa di Sisi Allah

Ganjaran bagi orang yang berpuasa yang disebutkan pula dalam hadits di atas , “Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.”

Seperti kita tahu bersama bahwa bau mulut orang yang berpuasa apalagi di siang hari sungguh tidak mengenakkan. Namun bau mulut seperti ini adalah bau yang menyenangkan di sisi Allah karena bau ini dihasilkan dari amalan ketaatan dank arena mengharap ridho Allah. Sebagaimana pula darah orang yang mati syahid pada hari kiamat nanti, warnanya adalah warna darah, namun baunya adalah bau minyak kasturi.

Harumnya bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah ini ada dua sebab:

[Pertama] Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa puasa adalah rahasia antara seorang hamba dengan Allah di dunia. Ketika di akhirat, Allah pun menampakkan amalan puasa ini sehingga makhluk pun tahu bahwa dia adalah orang yang gemar berpuasa. Allah memberitahukan amalan puasa yang dia lakukan di hadapan manusia lainnya karena dulu di dunia, dia berusaha keras menyembunyikan amalan tersebut dari orang lain. Inilah bau mulut yang harum yang dinampakkan oleh Allah di hari kiamat nanti karena amalan rahasia yang dia lakukan.

[Kedua] Barangsiapa yang beribadah dan mentaati Allah, selalu mengharap ridho Allah di dunia melalui amalan yang dia lakukan, lalu muncul dari amalannya tersebut bekas yang tidak terasa enak bagi jiwa di dunia, maka bekas seperti ini tidaklah dibenci di sisi Allah. Bahkan bekas tersebut adalah sesuatu yang Allah cintai dan baik di sisi-Nya. Hal ini dikarenakan bekas yang tidak terasa enak tersebut muncul karena melakukan ketaatan dan mengharap ridho Allah. Oleh karena itu, Allah pun membalasnya dengan memberikan bau harum pada mulutnya yang menyenangkan seluruh makhluk, walaupun bau tersebut tidak terasa enak di sisi makluk ketika di dunia.

Inilah beberapa keutamaan amalan puasa. Inilah yang akan diraih bagi seorang hamba yang melaksanakan amalan puasa yang wajib di bulan Ramadhan maupun amalan puasa yang sunnah dengan dilandasi keikhlasan dan selalu mengharap ridho Allah. Semoga kita dapat meraih beberapa keutamaan di atas dari amalan puasa Ramadhan yang kita lakukan nanti. Semoga Allah memberi kita selalu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thoyib dan amalan yang diterima.

[Pembahasan ini disarikan dari Latho'if Al Ma'arif, Ibnu Rajab Al Hambali, 268-290, oleh Muhammad Abduh Tuasikal]

***

Penyusun: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id

Wednesday, August 26, 2009

Aku Tinggalkan Cinta Kerana Dia

“Rasa Cinta Pasti Ada Pada Makhluk yang Bernyawa!”
(Gambar Sekadar Hiasan)

Email yang diterima dari Akhi Mu’ammar bertarikh 21 Mei 2005

(Semoga kita beroleh nasihah, semoga kita taubat nasuha).

Date: Sat, 21 May 2005 01:47:01 +0100 (BST)
From: ”Mu. ammar” <mujahidsolihin@yahoo.co.uk>
Subject: Aku tinggalkan Cinta Kerana DIA
To: ”Mukhtar Suhaili” <al_akhyar81@yahoo.com>

Wahai saudara seagamaku, saudara MUHTAR bin SUHAILI yang saya hormati (Saya sering ziarah ke weblog saudara.. Teruskan perjuangan saudara lillah).

Kisah ini datang dari lubuk hati saya sendiri, apa yang saya rasa dan apa yang saya alami sendiri. Saya tidak bermaksud untuk mengeluh apatah lagi mengingkar apa yang telah Allah SWT tetapkan kepada saya dan kita semua orang yang beriman dengan-Nya. Kisah ini saya khabarkan agar apa yang saya lalui tidak berlalu begitu saja tanpa saya kongsi dan tanpa saya rekodkan sebagai panduan bagi diri saya sendiri untuk hari-hari kemudian.

Saya sama seperti orang lain, punya keinginan untuk menyayangi dan disayangi. Walau bagaimanapun, tidak mudah bagi saya untuk jatuh hati pada seorang wanita. Saya tidak mencari seorang wanita untuk dijadikan kekasih, tetapi saya mencari seorang teman pendamping hidup saya hingga ke akhir hayat saya. Seorang yang boleh mengingatkan saya kiranya saya terlupa dan yang paling penting wanita yang amat saya percayai untuk mendidik anak-anak saya kelak dan generasi yang akan lahir daripada keluarga kami nanti. Untuk itu, sejak di bangku sekolah lagi saya telah letakkan beberapa syarat bagi seorang wanita untuk hadir dalam hidup saya dan dialah orangnya.

Dalam masa beberapa bulan saya belajar di sebuah pusat pengajian tinggi di Petaling Jaya, banyak perkara yang telah saya pelajari. Yang paling penting buat saya ialah, bagaimana saya mula mengenali wanita-wanita dalam hidup saya kerana saya sejak dari sekolah rendah belum pernah bergaul secara langsung dengan seorang wanita pun dan saya amat peka terhadap larangan pergaulan antara lelaki dan wanita kerana saya bersekolah di sebuah sekolah menengah agama lelaki berasrama penuh. Lantaran itu, saya tidak pernah punya hati untuk memberi cinta atau menerima cinta walaupun peluang itu hadir beberapa kali.

Saya mula mengenali si dia apabila kami sama-sama terpilih untuk mengendalikan sebuah organiasi penting di tempat kami belajar. Ditakdirkan Allah SWT, dia menjadi pembantu saya. Dari situlah perkenalan kami bermula. Dia seperti yang telah saya ceritakan, bertudung labuh dan sentiasa mengambil berat tentang auratnya terutama stokin kaki dan tangannya. Itulah perkara pertama yang membuatkan saya tertarik padanya. Dia amat berhati-hati dalam mengatur butir bicaranya, bersopan-santun dalam mengatur langkahnya, wajah yang sentiasa berseri dengan iman dan senyuman, dan tidak pernah ke mana-mana tanpa berteman. Suaranya amat sukar kedengaran dalam mesyuarat kerana dia hanya bersuara ketika suaranya diperlukan dan tidak sebelum itu. Saya melihat dia sebagai seorang mukminah solehah yang amat menjaga peribadinya dan maruah dirinya. Saya tidak pernah bercakap-cakap dengannya kecuali dia punya teman di sisi dan atas urusan rasmi tanpa dipanjang-panjangkan. Saya seorang yang amat kuat bersembang dan sentiasa punya modal untuk berbual-bual seperti kata teman saya, tetapi dengan dia saya menjadi amat pemalu dan amat menjaga. Bagi saya, itulah wajah sebenar seorang wanita solehah. Dia mampu mengingatkan orang lain dengan hanya menjadi dirinya, tanpa perlu berkata-kata walaupun sepatah.

Pada hari terakhir saya di sana, saya punya tugas terakhir yang perlu saya selesaikan sebelum saya melepaskan posisi saya dan semua itu melibatkan dia. Sebaik sahaja semua kerja yang terbengkalai itu siap, saya mengambil peluang untuk berbual-bual dengan dia. Saya bertanya perihal keluarga dan apa yang dia rasa bertugas di samping saya untuk waktu yang amat sekejap itu. Alhamdulillah dia memberikan respon yang baik dan dari situlah saya mengenali dengan lebih dalam siapa sebenarnya pembantu saya ini. Namun, apa yang memang boleh saya nampak dengan jelas, dia amat pemalu dan dia amat kekok semasa bercakap dengan saya. Selepas itu barulah saya tahu, sayalah lelaki pertama yang pernah berbual-bual deangan dia bukan atas urusan rasmi sebegitu. Di situlah saya mula menyimpan perasaan, tapi tidak pernah saya zahirkan sehinggalah saya berada jauh beribu batu daripadanya.

Semasa saya berada di Jordan, saya menghubunginya kembali dan menyatakan hasrat saya secara halus agar dia tidak terkejut. Alhamdulillah, dia menerima dengan baik dan hubungan kami berjalan lancar selama empat bulan sebelum saya balik bercuti ke Malaysia. Kadang-kadang saya terlalai dalam menjaga hubungan kami dan dialah yang mengingatkan. Dialah yang meminta agar kami mengehadkan mesej-mesej kami agar tidak terlalu kerap. Semua itu menguatkan hubungan kami dan bagi saya dialah teman hidup yang sempurna buat saya.

Wanita Solehah Hiasan Dunia

“Wanita Hiasan Dunia.. Seindah Hiasan adalah Wanita Solehah!”

Walau bagaimanapun, sewaktu saya pulang ke Malaysia bulan lepas, ummi dapat menghidu perhubungan kami. Saya tahu ummi tidak berapa suka anak-anaknya bercinta tetapi saya tidak pernah menjangka ummi akan menghalangnya. Tetapi perhitungan saya silap, amat silap.

Buat pertama kali, adik perempuan saya memberitahu ummi sudah tahu perihal saya dan ummi tidak suka. Saya tidak pernah menganggapnya sesuatu yang serius sehinggalah ummi bercakap secara peribadi dengan saya pada suatu hari. Saya masih ingat lagi kata-kata ummi yang buat saya tak mampu membalas walau sepatah.

“I haven’t found any entry in Islam that permit what you are doing right now. I haven’t heard from anyone that love before marriage is permitted. But I know there’s no relationship between male and female except for what is very important and official between them. So, may I know what kind of relationship you are having now and I want to hear it from your mouth that it is legal in what you have been learning until now.”

“Not a single phrase, nor a word.”

“My sweetheart, if you want to build a family, a faithful one, you can never build it on what Allah has stated as wrong and proven false by the way Rasulullah PBUH has taught us. A happy and blessed family come from Allah, and you don’t even have anything to defend it as blessed if the first step you make is by stepping into what He has prohibited. You can’t have a happy family if Allah doesn’t help you so, and you must know in every family that stands until their dying day, they have Allah on their side. You can’t expect Him to help you if you did the wrong step from the very beginning.”

Saya tiada kata untuk membalas kerana semuanya benar. Saya tahu kebenaran itu sudah lama dulu, tetapi saya tak mampu untuk melawan kehendak nafsu saya sendiri. Saya akui, saya tertipu dengan apa yang dipanggil Cinta. Cinta tak pernah membawa kita ke mana, andai cinta itu bukan dalam lingkungan yang Allah redha. Tiada cinta yang Allah benarkan kecuali selepas tali perkahwinan mengikatnya. Itulah apa yang telah saya pelajari lama dahulu dan dari semua kitab Fiqh yang saya baca, tiada satu pun yang menghalalkannya. Saya tahu kebenaran ini sudah lama dahulu, tetapi saya tidak kuat untuk menegakkannya. Saya tidak mampu menundukkan kemahuan hati saya. Dan kata-kata ummi memberikan saya kekuatan untuk bangkit dari kesilapan saya selama ini.

Ummi berkata: “It’s not me who want you to make a decision like this, but Allah tells you so.”

Saya percaya, itulah yang terbaik buat saya dan dia. Dengan kekuatan itulah saya terangkan kepadanya, dan alhamdulillah dia faham. Amat faham. Walaupun air matanya seakan air sungai yang tidak berhenti mengalir, tetapi dia tahu itulah yang terbaik buat kami. Dia meminta maaf kepada ummi kerana menjalinkan hubungan yang tidak sah dengan saya, tetapi ummi memberi syarat, janganlah bimbang. Andai ada jodoh kamu berdua, insyaAllah, Dia akan temukan kamu dalam keadaan yang jauh lebih baik dari sekarang.

Hidup saya sekarang lebih tenang kerana tiada apa yang menggusarkan hati saya lagi. Hidup saya lebih bercakap kembali tentang agama saya dengan lebih bebas tanpa dihantui oleh perasaan berdosa. Bagi saya, dan dia, inilah saat untuk kami muhasabah kembali diri kami dan kami betulkan kembali segala kesilapan yang telah kami buat. Inilah saat untuk kami menjadi seorang ibu dan ayah yang berakhlak mulia dan berperibadi tinggi. Inilah masanya kami insafi kembali keterlanjuran kami dahulu dan memohon moga-moga Allah sudi memaafkan kami.

Sesungguhnya Ya Allah, aku insan yang sangat lemah. Aku tidak mampu melawan godaan syaitan yang tidak pernah jemu, juga hambatan nafsu yang tidak pernah lesu. Ampunilah aku.

Walau bagaimanapun, perpisahan ini hanya untuk sementara. Saya telah berjanji dengan diri saya sendiri, dialah yang akan menjadi teman hidup saya nanti. Sesungguhnya pencarian saya untuk seorang calon isteri telah berakhir. Insan seperti dia hanya satu dalam seribu. Mana mungkin saya melepaskan apa yang amat berharga yang pernah hadir dalam hidup saya. Insya Allah, sekiranya Allah SWT panjangkan umur, sebaik sahaja saya tamatkan pengajian saya di sini, saya akan kembali ke Malaysia dan melamarnya untuk menjadi permasuri di hati saya. InsyaAllah, saya akan setia menunggu saat itu, dan saya berusaha sedaya-upaya saya untuk mengekalkan kesetiaaan saya.

Pesan saya buat saudara MUHTAR, sekiranya tiada penawar berbisa, jangan cuba mencari cinta manusia, kelak dirimu akan binasa.. Jika cinta manusia datang menduga tanpa diminta kehadirannya, maka bercintalah kerana-Nya.

Dan lagi satu.. hargailah.. sayangilah seseorang itu… kerana ALLAH SWT.. Cintai dia seikhlasnya atas dasar visi destinasi perhubungan sesama pasangan itu adalah kerana nawaitu murni iaitu aku ingin memiliki dan mengahwininya demi menyempurnakan SUNNAH RASULULLAH SAW dan kerana ALLAH SWT.

Keluarga Bahagia

“Keluarga Bahagia.. Mengimpikan syurga sebelum Syurga!”

MUHTAR, beringatlah;

“Sekiranya kita telah bertemu dengan seorang insan yang amat mulia sebagai teman hidup kita, janganlah lepaskannya kerana kita tidak tahu bilakah pula kita akan bertemu deangan insan yang seumpamanya.”

Siapakah lagi dalam dunia ini yang menjaga adab berjalan antara lelaki dan perempuan sebagaimana yang ditunjukkan oleh Nabi Musa ‘alaihis salam dan puteri Nabi Syuaib ‘alaihis salam beribu-ribu tahun dahulu?

Wallahu a’lam.

SOHABAT Barumu;
Mu’ammar, Mafraq, Jordan

mujahidsolihin@yahoo.co.uk

——————————————————————————————-

Renungkanlah..

Rasa cinta pasti ada
Pada makhluk yang bernyawa
Sejak lama sampai kini
Tetap suci dan abadi
Takkan hilang selamanya
Sampai datang akhir masa
Takkan hilang selamanya
Sampai datang akhir masa
Renungkanlah..

Perasaan insan sama
Ingin cinta dan dicinta
Bukan ciptaan manusia
Tapi takdir yang kuasa
Janganlah engkau mungkiri
Segala yang Tuhan beri

Rasa cinta pasti ada
Pada makhluk yang bernyawa
Sejak lama sampai kini
Tetap suci dan abadi
Takkan hilang selamanya
Sampai datang akhir masa
Takkan hilang selamanya
Sampai datang akhir masa
Renungkanlah..

Lagu asal oleh J. Mizan
Dinyanyikan semula oleh Hijjaz.

http://www.muhtarsuhaili.com/

Jom baca ini juga ...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Catatan Anda Dihargai... Terima Kasih :)

Siapakah Penulis Yang Baik?

Penulis yang baik adalah yang penulisannya memberikan kesan kepada jiwa insan. Seterusnya, penulis itu mampu menjadi inspirasi, contoh, qudwah kepada pembacanya.

Akhirnya sekali, dia tidak akan hanya tersekat dalam alam penulisan, bahkan di alam realiti dia tetap mampu menjadi satu model kepada ummat.

Penulis Yang Terbaik

Tips 1: Hubungan Dengan Allah SWT

Ya, hubungan dengan Allah SWT. Seorang yang hendak menjadi penulis yang terbaik perlulah menjaga hubungannya dengan Allah SWT. Mencintai perintah-Nya dan melaksanakannya. Membenci kemungkaran ke arah-Nya dan mencegahnya. Tidak melekatkan diri kepada apa yang Allah murka dan sentiasa berusaha mempertingkatkan kualiti diri di hadapan-Nya.

Kenapa hubungan dengan Allah SWT itu diletakkan yang pertama?

Banyak sebab. Tapi, antara sebab yang utama adalah, kita hendak menulis sesuatu yang memberi kesan pada jiwa insan. Justeru, apakah logik kita tidak meminta kepada Yang Membolak Balikkan Jiwa Insan? Kita perlu sedar bahawa, Allahlah TUAN kepada Hidayah. Bukankah adalah perkara yang normal kita tunduk kepada-Nya agar dia membantu kita? Sedang kita ini tidak mampu memberikan hidayah walau kepada orang yang kita cintai.


Sesungguhnya kau tidak akan mampu memberikan hidayah kepada orang yang kau cintai, tetapi Allah lah yang memberikan hidayah kepada sesiapa yang dia kehendaki…” Surah Al-Qasas ayat 56.

Tips 2: Kerendahan Hati
Seorang yang ingin menggerakkan dirinya menjadi penulis yang baik, perlulah mendidik jiwa dan hatinya untuk sentiasa rendah. Rendah di sini adalah merasa kerdil di hadapan Allah SWT. Ini untuk menjaga keikhlasan, mengelakkan diri dari riya’, ujub, takabbur.
Riya’, ujub, takabbur, semua itu adalah hijab dalam amalan. Ia membuang keberkesanan penyampaian kita. Sifat-sifat mazmumah itu akan menyebabkan perjalanan penulisan kita juga terpesong. Nanti kita akan rasa cepat hendak membantah pendapat orang lain, tidak boleh ditegur, rasa senang nak menyalahkan orang dan sebagainya.

Kerendahan hati sangat penting dalam menjamin kebersihan perjalanan penulisan kita.

Apakah hati yang hitam mampu mencahayakan hati yang lain?

Tips 3: Dahagakan Ilmu
Kita tidak mencari ilmu seperti orang yang sudah kekenyangan. Maka kita akan rasa malas untuk menambah ilmu apabila kita rasa diri kita sudah penuh. Seorang penulis perlu sentiasa merasakan dirinya tidak cukup. Maka dia akan bergerak untuk mengisi dirinya dengan pelbagai ilmu.

Ilmu penulisan, ilmu-ilmu asas kehidupan, ilmu bahasa, ilmu realiti, dan bermacam-macam ilmu lagi.

Penulis perlu sedar bahawa, seseorang yang tidak mempunyai apa-apa, tidak akan mampu memberikan apa-apa.

Maka seorang penulis perlu mempunyai ‘apa-apa’ untuk menulis.

Amatlah penting bagi seorang penulis untuk mengekspansikan capaian ilmunya. Ilmu bukan sekadar di dalam kelas, di dalam buku teks. Bahkan seluruh kehidupan ini mampu dijadikan sumber ilmu pengetahuan. Semuanya boleh diambil dan diterjemahkan kepada idea.

Banyak membuat kajian, banyak membuat pembacaan, banyak bertanya, banyak memerhati dan banyak berfikir. Ilmu-ilmu yang berjaya diraih, insyaAllah akan mampu menjadi ‘trigger’ kepada idea.

Tips 4: Disiplin

Tidak akan mampu seseorang itu menjadi penulis yang terbaik tanpa disiplin. Perlu ada disiplin dalam menulis. Perlu juga ada disiplin dalam mengimbangi kehidupan sebagai penulis dan sebagai pelajar, pekerja, anak, bapa, ibu dan sebagainya.

Sebab itu, apa yang saya selalu lakukan dalam hal disiplin ini adalah JADUAL.

Susun waktu. Sesungguhnya Allah tak akan memberikan manusia 24 jam sekiranya 24 jam itu tidak cukup untuk manusia. Tetapi manusialah yang tidak menggunakan 24 jam itu dengan sebaik-baiknya. Sebab itulah kita sering merasakan kita tidak mampu melaksanakan kerja.


Tips 5: Istiqomah
Seorang penulis yang terbaik itu, mencapai tahapnya yang tertinggi adalah apabila dia istiqomah. Bukannya bila pelawat website, blog sudah mencapai juta, dia mula bermalas-malasan.

Orang kata, hendak menjadi juara itu tidak sesusah hendak mengekalkan kejuaraan.

Penulis yang mampu menjadi contoh adalah penulis yang istiqomah.

Istiqomah dalam penulisannya. Istiqomah pula dalam menjaga peribadinya dalam menjadi qudwah kepada ummah.

Penutup

Saya tak rasa gembira kalau pembaca membaca penulisan saya, kemudian dia rasa seronok-seronok,tanpa membawa apa-apa daripada penulisan saya ke dalam kehidupannya.

Pada saya, seorang penulis itu bukan seorang penghibur.

Penulis adalah yang membina ideologi ummah, memimpin pemikiran ummah.

Justeru, penulis yang berjaya, adalah penulis yang penlisannya mampu memberikan kesan kepada kehidupan manusia.


~Hilal Asyraf ~

ms.langitilahi.com