Wednesday, April 29, 2009

TARBIYAH IMANIYAH UNTUK ANAK-ANAK


Salah satu aspek yang sering kita lupakan dalam mendidik anak-anak adalah tarbiyah ruhiyah. Jangankan untuk anak, untuk diri sendiri pun kita sering lupa dengan tarbiyah bentuk ini. Padahal, seperti halnya akal dan pikiran perlu mendapat pendidikan, ruh kitapun wajib mendapatkan haknya.

Untuk mendidik akal dan meningkatkan kapasitas intelektual orang tua menyekolahkan anak ke sekolah-sekolah favorit. Tetapi dalam masalah pendidikan keimanan seringkali enggan memberi porsi yang cukup. Bahkan tidak perduli walaupun sekolah tersebut tidak memberikan pendidikan Islam yang memadai.

Iman merupakan hal asasi dalam kehidupan seorang muslim, sedang tarbiyah merupakan kebutuhan pokok setiap insan. Tarbiyah imaniyah adalah tarbiyah yang ditujukan untuk meningkatkan iman, ma'nawiyah (mentalitas), akhlaq (moralitas), dan ayakhsyiyah (kepribadian) daripada mutarobiyyin (anak didik).

Iman kepada Allah dan hari akhir wajib mendapat pupuk yang menyegarkan, disiram dengan air agar terus menerus tumbuh di lahannya secara bertahap dan tawazun (seimbang) menuju kesempurnaan. Iman tumbuh subur karena didasari hubungan yang intens dengan Allah dalam berbagai bentuknya. Cobalah simak hasil tarbiyah pada seorang anak di masa Salaf dahulu.

Abdullah bin Dinar berkisah tentang perjalanannya bersama Khalifah Umar bin Khattab. Beliau mengatakan, "Saya bersama Umar bin Khattab r.a. pergi ke Makkah dan beristirahat di suatu tempat. Lalu terlihatlah anak gembala dengan membawa banyak gembalaannya turun dari gunung dan berjumpa dengan kami. Umar bin Khattab berkata, "Hai penggembala, juallah seekor kambingmu itu kepadaku!"
Anak kecil penggembala itu menjawab, "Aku bukan pemilik kambing ini, aku hanya seorang budaknya." Umar menguji anak itu, "Katakanlah kepada tuanmu bahwa salah seekor kambingnya dimakan srigala."
Anak itu termenung lalu menatap wajah Umar, dan berkata, "Maka di manakah Allah?"

Mendengar kata-kata yang terlontar dari anak kecil ini, menangislah Umar. Kemudian beliau mengajak budak itu kepada tuannya kemudian memerdekakannya. Beliau berkata pada anak itu, "Kalimat yang telah engkau ucapkan tadi telah membebeaskanmu di dunia ini, aku harap kalimat-kalimat tersebut juga akan membebaskanmu kelak di akhirat."

Kejadian di atas menunjukkan salah satu pengaruh dari pengenalan terhadap Allah. Kejadian serupa itu sudah sangat jarang terjadi saat ini. Sekarang ini, di masyarakat kita kejujuran dan kebenaran seolah sudah tak ada harganya. Coba bandingkan dengan sikap Umar yang menghargai anak tersebut dengan membebaskannya dari perbudakan.

Mungkin timbul pertanyaan: bagaimanakah seorang anak kecil di masa itu bisa menjadi begitu yakin dengan pengawasan Allah (muroqobatullah) yang berlaku pada setiap manusia?

Keyakinan lahir dari suatu pendidikan dan latihan yang benar. Di mana kekhalifahan Umar, masyarakat Islam sudah terbentuk dan masyarakat ini menghasilkan bi'ah (lingkungan) yang baik bagi anak tersebut, kendati ia berada di gurun. Pengaruh sistem pendidikan Islam telah merembes ke berbagai tempat sehingga setiap orang benar-benar meyakini dan menghayati syariat Allah.

Tarbiyah imaniyah untuk anak-anak merupakan satu pendidikan yang meliputi hal-hal berikut:

1. Upaya melaksanakan dan menghayati nilai-nilai ibadah kepada Allah dalam arti yang seluas-luasnya sesuai dengan bimbingan Rasulullah SAW.

2. Pembiasaan dalam mengingat Allah (dzikrullah) dengan membaca ayat-ayat Al Qur'an atau dengan menyebut-nyebut nama Allah dengan cara yang tepat di saat-saat tertentu.

3. Membiasakan merasakan adanya bimbingan Allah dalam melaksanakan kebaikan dan pengawasan Allah dalam setiap aspek kehidupan. Yaitu dengan menghubungkan kejadian-kejadian sehari-hari yang dialaminya dengan kekuasaan Allah.

4. Membiasakan menggantungkan diri kepada Allah misalnya dengan berdo'a dalam berbagai situasi dan kondisi.

5. Meningkatkan akhlak (perilaku) yang baik dengan mencontohkan tindakan-tindakan baik dan memperbaiki perilakunya pada saat anak melakukan keburukan.

6. Memberikan motivasi dan rangsangan dengan memuji atau memberi hadiah ketika anak berbuat baik, memberi manfaat kepada orang lain, atau menyenangkan orang lain kendati orang tersebut tidak menyadarinya.

7. Membimbing hal-hal lain untuk yang berhubungan dengan pendekatan diri kepada Allah.

Metoda Tarbiyah

Pembekalan keimanan bagi anak-anak berorientasi pada penyiapan pemahaman dan pembiasaan berbagai hal yang kelak dapat menolong anak untuk melakukan sendiri berbagai kegiatan yang dapat memelihara ruhiyahnya.

Anak-anak sebenarnya lebih mudah menerima hal-hal yang bersifat teoritis kendati bersumber dari alam ghaib (tidak nampak). Karena secara fitrah mereka mudah mempercayai orang tua, guru, atau kawan dekatnya. Anak-anak senantiasa jujur dan tidak mau didustai seperti pada kisah Umar bin Khattab di atas. Ini menunjukkan bahwa kejujuran mereka amat mudah mendekatkan mereka kepada Allah.
Tarbiyah imaniyah untuk anak-anak mungkin diberikan dengan jalan:

1. Dengan Contoh dan Keteladanan
Anak-anak adalah makhluk yang paling senang meniru. Orang tuanya merupakan figur dan idolanya. Bila mereka melihat kebiasaan baik dari ayah ibunya, maka mereka pun akan dengan cepat mencontohnya. Orang tua yang berperilaku buruk akan ditiru perilakunya oleh anak-anak. Anak paling mudah mengikuti kata-kata yang keluar dari mulut kita. Misalnya dalam mensyukuri segala nikmat yang diperoleh dalam keluarga. Kepada anak harus senantiasa diingatkan betapa semua rezeki bersumber dari Allah. Apabila kita memberi pisang kepada anak misalnya, sempatkanlah bertanya, "Darimana pisang ini, Nak?" "Dari Umi," jawab si anak. "Ya. Tetapi sebenarnya pisang ini pemberian Allah kepada kita. Allah menyampaikannya melalui Umi."

Dengan cara demikian, dalam peristiwa sederhana ini kita mencontohkan bagaimana mengingatkan Allah dan mensyukuri pemberian-Nya. Mengucapkan hamdalah ketika menerima sesuatu dan menjelaskan kepada mereka bahwa semuanya merupakan kasih sayang Allah dan merupakan suatu kewajiban yang tidak dapat dipungkiri. Demikian pula mengucapkan insya Allah, subhannallah, dan berbagai ungkapan tasbih lainnya akan dicontohkan oleh anak.

2. Dengan Latihan dan Pembiasaan
Banyak pembiasaan ibadah harus dilakukan pada anak. Misalnya pembacaan do'a pada tiap-tiap kesempatan dan menguraikan maksud dan isi do'a tersebut. Di setiap munasabah, ada do'a yang pantas diucapkan. Mau makan, minum, tidur, mau belajar, mau berwudhu, menaiki kendaraan, dan lain-lain ada do'a yang khas untuknya. Anak-anak sangat mudah menghafalkan do'a-do'a ini. Apalagi bila di sekolah mereka mendapat program khusus mengenai do'a ini. Tetapi pengamalan do'a-do'a tersebut sangat tergantung pada pengawasan orang tua. Biar pun anak mampu menghafal seratus do'a di sekolah atau madrasahnya, dia tidak akan mampu meningkatkan imannya bila tidak ada pengamalan dan penghayatannya. Secara rutin dan teratur ayah atau ibu hendaknya membimbing anak membiasakan pembacaan do'a ini, menjelaskan dan memberi pengertian tentang nilai-nilai kandungannya.
Pembiasaan lain yang perlu dilakukan semenjak dini antara lain:
- Membawa anak-anak ke masjid, beri'tikaf, serta mencintai dan menghormati jamaahnya.
- Memberikan perhatian khusus agar anak senantiasa membaca Al Qur'an secara rutin.

3. Dengan Nasihat dan Bimbingan
Orientasi nasihat dan bimbingan bertujuan mengingatkan anak terhadap pengawasan Allah di mana pun mereka berada. Ibnu Abbas r.a. menceritakan bahwa sewaktu masih anak-anak, beliau pernah dibonceng Rasulullah di atas untanya. Perjalanan yang mengasyikkan ini digunakan Rasulullah untuk menasihati Ibnu Abbas. Waktu itu Rasulullah SAW berkata,

"Hai anak, jagalah semua perintah Allah, niscaya Allah memeliharamu. Periharalah semua perintah Allah, niscaya engkau dapati Dia di hadapanmu. Apabila engkau memohon sesuatu, mohonlah hal itu kepada Allah, dan bila meminta pertolongan, mintalah kepada Allah. Dan ketahuilah, sekiranya seluruh masyarakat sepakat berbuat sesuatu yang bermanfaat bagimu, maka semua manfaat itu hanyalah Allah yang menentukannya, dan bila mereka akan berbuat jahat kepadamu, maka kejahatan itu tidak akan menimpamu kecuali yang telah ditetapkan Allah pula. Terangkat qalam dan keringlah pena." (At-Tarmidzi)

4. Dengan Pengarahan dan Pengajaran
Bila nasihat disampaikan di mana saja, di tempat-tempat di mana orang tua (murobbi) berinteraksi dengan anak didiknya, maka pengarahan dan bimbingan mengambil waktu dan tempat tertentu misalnya seusai shalat Shubuh atau Maghrib berjamaah. Rasulullah pernah memberi pengajaran kepada Ibnu Abbas sebagai berikut,

"Periharalah perintah Allah, engkau dapatkan Allah di hadapanmu. Kenalkan dirimu kepada Allah di waktu senang, niscaya Allah akan mengingatmu di saat kesukaran. Ketahuilah bahwa sesuatu yang terlepas darimu tidak akan mengenaimu, dan yang menjadi bagianmu tidak akan terlepas darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan itu beserta keshabaran, dan kegembiraan itu setelah kesukaran, dan setiap ada kesukaran akan ada kelapangan."

Anak-anak pra sekolah dapat mulai dimasukkan ke TPA di mana mereka mendapatkan arahan dan pengajaran dari guru-guru yang sudah memahami metoda pendidikan keimanan kepada balita.

5. Dengan Bercerita dan Berkisah
Anak-anak sangat senang pada cerita-cerita dan kisah-kisah masa lampau. Apalagi di dalamnya terkandung unsur-unsur heroik dan semangat perjuangan. Islam memiliki khazanah kekayaan sejarah yang sangat besar. Mulai zaman nabi-nabi, Nabi Muhammad dan para sahabat beliau, serta sejarah umat Islamnya. Ibnu Mas'ud berkata, "Kami (generasi sahabat) mengajarkan perang-perang Rasulullah kepada anak-anak kami sebagaimana kami mengajarkan Al Qur'an."

Ayah dan ibu yang bercerita kepada anaknya akan lebih melekatkan anak-anak pada keteladanan dan ibroh (pelajaran) yang dapat diambil oleh anak. Sesungguhnya apabila kita mampu bercerita dengan baik, kisah dari seorang ibu yang lembut dan penuh keakraban insya Allah dapat lebih disukai anak tenimbang acara-acara telivisi. Karena pendekatan cerita sebelum tidur bersifat timbal balik dan mempunyai dampak psikologis yang dibutuhkan anak.

6. Dengan Dorongan, Rangsangan dan Penghargaan
Usia kanak-kanak sangat memerlukan dorongan dan penghargaan ketika meraih sesuatu kendati sangat sederhana. Jangan segan-segan mengucapkan terima kasih kepada anak yang berhasil nilai yang bagus, atau memberi hadiah ketika berhasil dalam salah satu kegiatan. Di dalam hadiah tercermin kasih sayang, karena Rasulullah bersabda,"Saling beri hadiahlah kalian dengan demikian kalian akan saling mencintai." (Al-Hadits)

Bagi seorang anak, perhatian, ciuman, dekapan yang mesra, atau gendongan dapat dipahami sebagai hadiah. Anak yang lebih besar ingin hadiah yang lebih kongkrit. Tak ada salahnya ayah memberi sesuatu ketika anak telah berprestasi dalam peningkatan pribadinya. Misalnya, ketika berhasil menghafal satu surat di antara surat-surat Al Qur'an.

(Dikutip dari Majalah Ummi, No. 9/VIII Tahun 1417H/1997)

IKHTILAT Adam dan Hawa


FiQH SEMASA
Oleh: Abdullah Zaik Abd Rahman
Pengarah Pusat Penyelidikan llmu-Ilmu Islam

Pergaulan antara lelaki dan wanita "ikhtilat": Apa sempadannya?Realiti hari ini menyaksikan manusia lelaki dan wanita telah bolos daripada pegangan agamanya sebagaimana bolosnya anak panah dari busarnya. Sifat, sikap, adab dan disiplin pergaulan jauh sekali daripada ajaran Islam. Dalam fenomena seperti ini perkataan ikhtilat "pergaulan antara lelaki dan wanita ajnabi" tentu sekali menjadi persoalan yang mengancam kesejahteraan masyarakat dan keutuhan agama.Oleh kerana itu ulama-ulama Islam satu masa dahulu secara tegas merrghukumkan masalah ikhtilat di sekolah, di pasar dan di mana-mana tempat adalah haram. Wanita lslam pula dididik agar mengutamakan rumah daripada pekerjaan. Oleh kerana itu isu wanita bekerja dan apatah lagi berpolitik adalah satu isu yang ditegah pada satu masa dahulu. Sejajar dengan Firman Allah yang bermaksud; Dan tetaplah kamu di rumah-rumah kamu.

Memilih Mainan Yang Tepat untuk Anak


Rasulullah saw mengakui betapa pentingnya alat permainan bagi anak - anak. Sebagaimana beliau mendiamkan Aisyah ra. bermain boneka - boneka. Begitu juga Rasulullah pernah bergurau dengan anak kecil, Abu Umair yang sedang bermain - main dengan burung kecilnya. Bahkan Husain, cucu Rasulullah pernah mempunyai anak anjing untuk bermain - main. Anjingnya ditambat di kaki tempat tidur Ummu Salamah sehingga menyebabkan Jibril tidak mahu masuk ke rumah. Jibril berkata kepada Nabi,"Sesungguhnya, golongan malaikat tidak masuk ke rumah yang di dalamnya ada patung, anjing dan orang yang sedang junub" (HR Abu Ya'la)

Memberikan mainan sangatlah penting bagi pertumbuhan keahlian dan otak anak anda.Banyak orang tua sering kali berpandangan bahawa memberikan mainan akan merosak mentaliti anak di mana anak lebih menyukai bermain dari pada belajar.

Sekarang ini mainan telah diubahsuai agar dapat merangsang anak anda untuk bermain sambil belajar. Memberikan mainan yang tepat akan membantu meningkatkan kesadaran (self-awarness) dan kreativiti si kecil.

1. Selamat
Memberikan mainan yang selamat bagi si kecil merupakan tindakan yang sangat bijak. Tanyakan penjual untuk menunjukkan kualiti keselamatan dikeluarkan badan pemerintahan setempat. Suatu tindakan yang tidak bertanggungjawab apabila membeli mainan yang kualitinya tidak dapat dipertanggungjawabkan yang pada akhirnya akan merugikan kita sendiri.

Seringkali bayi anda akan mengunyah, mengigit dan menarik-narik mainan yang diberikan oleh anda. Bayangkan apabila mainan itu mengandung toksiK, cepat atau lambat akan menurunkan stamina dan kesehatan anak anda sendiri.

2. Warna yang Kontras dan Berani
Pada saat bayi anda berumur 1 bulan, penglihatannya dapat digambarkan seperti tv hitam putih. Dengan memberikan mainan yang berwarna terang dan kontras akan membangkitkan sinerji saraf - saraf yang berada pada mata sehingga dapat mula mengenal warna pada lingkungan sekitarnya.

Para orangtua memiliki pandangan yang berbeza dengan menghindari pembelian mainan yang berwarna terang dengan alasan akan merosak mata si kecil.

3. Bentuk dan Ukuran yang Berbeza
Mainan yang baik memiliki perbedaan bentuk dan ukuran yang berbedz seperti kubus, bola ataupun bentuk - bentuk lain. Si kecil akan belajar mengenal benda-benda yang sangat sederhana di mana di kemudian hari dia akan belajar benda yang akan lebih detail.

4. Mengandung Permainan
Semua anak suka bermain oleh karena itu pilihlah mainan yang mengandung permainan yang juga mengenalkan lingkungan sekitarnya. Anak anda akan sangat menikmati proses pembelajaran yang diberikan.

5. Bahan Mainan sesuai dengan Umur
Tanyakan si penjual mainan yang sesuai dengan anak anda. Produk yang baik biasanya menampilkan umur anak yang dapat bermain mainan rancangan mereka. Untuk anak umur 1 bulan sampai 1 ½ tahun lebih baik memberikan mainan yang lembut atau terbuat dari kain yang selamat bagi anak anda dengan mengandung sedikit unsur plastik. Pastikan anak anda memperoleh mainan sesuai dengan umur yang tertulis pada setiap produk yang ditawarkan.

6.sesuai dengan kemampuan kewangan
Permainan yang dibeli seharusnya bergantung kemampuan kewangan keluarga anak tersebut. Memadailah dengan mainan yang murah tapi bermanfaat kepada anak berbanding mahal tapi tidak sesuai dengan perkembangan anak - anak.

Anak juga diajar untuk mengemas kembali mainannya setelah digunakan.

Mulakan Penjagaan Gigi Sebaik Sahaja Gigi Bayi Tumbuh





ImageANTARA perkara yang menggembirakan ibu bapa ialah melihat gigi pertama anak kesayangan mereka tumbuh. Dalam kegembiraan itu, ramai ibu bapa terlupa atau tidak tahu bahawa tanggungjawab menjaga gigi si kecil sudah bermula. Caranya mudah, iaitu membersih gigi dengan sehelai kain lembut yang dilembapkan setiap kali selepas disusu. Mungkin ada yang bertanya, adakah perkara ini perlu kerana gigi si kecil hanya ada sebatang, itu pun baru nampak seperti satu garisan halus.

Jawapannya perlu. Ia penting untuk memupuk tabiat menjaga kebersihan gigi sejak anak masih kecil, iaitu setiap kali selepas makan atau minum susu. Malah, ada doktor gigi berpendapat, ia boleh dilakukan lebih awal sebelum tumbuh gigi bagi membiasakan anak dengan amalan ini.

Jom baca ini juga ...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Catatan Anda Dihargai... Terima Kasih :)

Siapakah Penulis Yang Baik?

Penulis yang baik adalah yang penulisannya memberikan kesan kepada jiwa insan. Seterusnya, penulis itu mampu menjadi inspirasi, contoh, qudwah kepada pembacanya.

Akhirnya sekali, dia tidak akan hanya tersekat dalam alam penulisan, bahkan di alam realiti dia tetap mampu menjadi satu model kepada ummat.

Penulis Yang Terbaik

Tips 1: Hubungan Dengan Allah SWT

Ya, hubungan dengan Allah SWT. Seorang yang hendak menjadi penulis yang terbaik perlulah menjaga hubungannya dengan Allah SWT. Mencintai perintah-Nya dan melaksanakannya. Membenci kemungkaran ke arah-Nya dan mencegahnya. Tidak melekatkan diri kepada apa yang Allah murka dan sentiasa berusaha mempertingkatkan kualiti diri di hadapan-Nya.

Kenapa hubungan dengan Allah SWT itu diletakkan yang pertama?

Banyak sebab. Tapi, antara sebab yang utama adalah, kita hendak menulis sesuatu yang memberi kesan pada jiwa insan. Justeru, apakah logik kita tidak meminta kepada Yang Membolak Balikkan Jiwa Insan? Kita perlu sedar bahawa, Allahlah TUAN kepada Hidayah. Bukankah adalah perkara yang normal kita tunduk kepada-Nya agar dia membantu kita? Sedang kita ini tidak mampu memberikan hidayah walau kepada orang yang kita cintai.


Sesungguhnya kau tidak akan mampu memberikan hidayah kepada orang yang kau cintai, tetapi Allah lah yang memberikan hidayah kepada sesiapa yang dia kehendaki…” Surah Al-Qasas ayat 56.

Tips 2: Kerendahan Hati
Seorang yang ingin menggerakkan dirinya menjadi penulis yang baik, perlulah mendidik jiwa dan hatinya untuk sentiasa rendah. Rendah di sini adalah merasa kerdil di hadapan Allah SWT. Ini untuk menjaga keikhlasan, mengelakkan diri dari riya’, ujub, takabbur.
Riya’, ujub, takabbur, semua itu adalah hijab dalam amalan. Ia membuang keberkesanan penyampaian kita. Sifat-sifat mazmumah itu akan menyebabkan perjalanan penulisan kita juga terpesong. Nanti kita akan rasa cepat hendak membantah pendapat orang lain, tidak boleh ditegur, rasa senang nak menyalahkan orang dan sebagainya.

Kerendahan hati sangat penting dalam menjamin kebersihan perjalanan penulisan kita.

Apakah hati yang hitam mampu mencahayakan hati yang lain?

Tips 3: Dahagakan Ilmu
Kita tidak mencari ilmu seperti orang yang sudah kekenyangan. Maka kita akan rasa malas untuk menambah ilmu apabila kita rasa diri kita sudah penuh. Seorang penulis perlu sentiasa merasakan dirinya tidak cukup. Maka dia akan bergerak untuk mengisi dirinya dengan pelbagai ilmu.

Ilmu penulisan, ilmu-ilmu asas kehidupan, ilmu bahasa, ilmu realiti, dan bermacam-macam ilmu lagi.

Penulis perlu sedar bahawa, seseorang yang tidak mempunyai apa-apa, tidak akan mampu memberikan apa-apa.

Maka seorang penulis perlu mempunyai ‘apa-apa’ untuk menulis.

Amatlah penting bagi seorang penulis untuk mengekspansikan capaian ilmunya. Ilmu bukan sekadar di dalam kelas, di dalam buku teks. Bahkan seluruh kehidupan ini mampu dijadikan sumber ilmu pengetahuan. Semuanya boleh diambil dan diterjemahkan kepada idea.

Banyak membuat kajian, banyak membuat pembacaan, banyak bertanya, banyak memerhati dan banyak berfikir. Ilmu-ilmu yang berjaya diraih, insyaAllah akan mampu menjadi ‘trigger’ kepada idea.

Tips 4: Disiplin

Tidak akan mampu seseorang itu menjadi penulis yang terbaik tanpa disiplin. Perlu ada disiplin dalam menulis. Perlu juga ada disiplin dalam mengimbangi kehidupan sebagai penulis dan sebagai pelajar, pekerja, anak, bapa, ibu dan sebagainya.

Sebab itu, apa yang saya selalu lakukan dalam hal disiplin ini adalah JADUAL.

Susun waktu. Sesungguhnya Allah tak akan memberikan manusia 24 jam sekiranya 24 jam itu tidak cukup untuk manusia. Tetapi manusialah yang tidak menggunakan 24 jam itu dengan sebaik-baiknya. Sebab itulah kita sering merasakan kita tidak mampu melaksanakan kerja.


Tips 5: Istiqomah
Seorang penulis yang terbaik itu, mencapai tahapnya yang tertinggi adalah apabila dia istiqomah. Bukannya bila pelawat website, blog sudah mencapai juta, dia mula bermalas-malasan.

Orang kata, hendak menjadi juara itu tidak sesusah hendak mengekalkan kejuaraan.

Penulis yang mampu menjadi contoh adalah penulis yang istiqomah.

Istiqomah dalam penulisannya. Istiqomah pula dalam menjaga peribadinya dalam menjadi qudwah kepada ummah.

Penutup

Saya tak rasa gembira kalau pembaca membaca penulisan saya, kemudian dia rasa seronok-seronok,tanpa membawa apa-apa daripada penulisan saya ke dalam kehidupannya.

Pada saya, seorang penulis itu bukan seorang penghibur.

Penulis adalah yang membina ideologi ummah, memimpin pemikiran ummah.

Justeru, penulis yang berjaya, adalah penulis yang penlisannya mampu memberikan kesan kepada kehidupan manusia.


~Hilal Asyraf ~

ms.langitilahi.com