Thursday, August 27, 2009

Kegembiraan hilang Di Ghaza


Ihab Al-Ashqar (14 tahun) remaja Gaza, hanya tersenyum getir sewaktu dirinya menjelaskan mengapa dia tidak merasakan kegembiraan menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

"Semua perlintasan ditutup. Mereka (Israel) telah membunuh kami secara pelan-pelan," katanya kepada IOL.

Seperti kebanyakan penduduk Gaza yang berjumlah 1.6 juta jiwa, Ashqar salah satu yang merindukan kegembiraan yang dibawa bulan Ramadhan kepada umat Islam setiap tahunnya.

Tahun ini, dari fajar sampai terbenamnya matahari bulan puasa datang ke Gaza dengan serangan pasukan Israel yang kejam dan dibawah kepungan yang menyesakkan.

"Hati kami dan rumah-rumah kami penuh dengan kesedihan dan dukacita," kata Al-Huda Astal dengan wajah muram.

"Kehidupan kami penuh kesiagaan. Kami hampir tidak bisa bernafas."

Zionis Israel telah mengisolasi wilayah tersebut dan penduduk sipilnya dari dunia luar sejak Hamas memenangkan Pemilu pada tahun 2006 lalu, serta menutup semua jalur perlintasan.

Israel memblokade bantuan kemanusiaan termasuk barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti keju, sikat gigi, odol, sabun dan kertas toilet.

Om-Basel salah seorang warga Gaza khawatir, kegembiraan sewaktu berbuka puasa dengan keluarganya akan diliputi kegelapan apabila Israel terus menghalangi masuknya bahan bakar ke Gaza.

"Kehidupan kami menjadi sangat berat untuk dipikul," kata salah seorang Ibu warga Gaza.

Dalam bulan Ramadhan, umat Islam mendedikasikan waktu mereka untuk berpuasa menahan diri untuk makan dan minum serta behubungan suami istri, dan menjauhi segala larangan dan lebih mendekatkan diri kepada Allah melalui sholat, membaca Al-Quran dan ibadah-ibadah lainnya.


Kesulitan Hidup

Di Gaza saat ini masyarakat sedang mempersiapkan diri memasuki bulan suci ramadhan yang paling sulit dari tahun-tahun sebelumnya.

"Dalam menyambut Ramadhan, dulu biasanya masyarakat membanjiri pasar untuk membeli kebutuhan selama bulan puasa nanti," kata Muhammad Farag seorang pedagang kepada IOL.

"Namun untuk tahun ini, kami hanya bisa menjual sedikit barang dan masyarakat pun tidak mampu untuk membeli karena tidak memiliki uang."

Abu Muhammad Al-Shawwa berjalan menuju pasar untuk berburu apa saja yang bisa dia beli untuk keluarganya dengan sedikit uang yang ia miliki.

"Harga barang-barang meroket tinggi," katanya dengan putus asa.

"Bahkan barang-barang yang bisa saya sediakan untuk keluarga saya tahun lalu tidak akan tersedia di meja makan kami untuk tahun ini."

Pengangguran meningkat lebih dari 60 persen di Gaza dan Bank dunia memperkirakan dua pertiga penduduk Gaza saat ini di bawah garis kemiskinan.

Lebih dari satu juta penduduk Gaza hidup dari bantuan makanan yang diberikan PBB.

Nihad Al-Hilwan seorang ibu dari delapan anak yang suaminya saat ini menjadi pengangguran, mengatakan bahwa mereka akan sangat beruntung jika mempunyai makanan untuk Ifthar (berbuka puasa) pada saat bulan Ramadhan nanti.

"Saya hanya berharap anak-anak saya mendapatkan satu jenis makanan untuk bisa dimakan pada bulan ramadhan nanti."

Anaknya yang masih kecil bernama We'am telah mengetahui bahwa daging, ikan dan buah-buahan akan hilang dari daftar menu makanan mereka.

Namun yang paling menyedihkan bagi dirinya adalah dia tidak akan mendapat lentera berwarna warni pada bulan ramadhan kali ini yang biasa ayahnya belikan setiap tahun.

"Bahkan tidak untuk sebuah lentera," katanya dengan tangisan yang tersedu-sedu.

"Ini akan menjadi ramadhan yang paling menyedihkan yang kami alami."(fq/iol)

No comments:

Post a Comment

Jom baca ini juga ...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Catatan Anda Dihargai... Terima Kasih :)

Siapakah Penulis Yang Baik?

Penulis yang baik adalah yang penulisannya memberikan kesan kepada jiwa insan. Seterusnya, penulis itu mampu menjadi inspirasi, contoh, qudwah kepada pembacanya.

Akhirnya sekali, dia tidak akan hanya tersekat dalam alam penulisan, bahkan di alam realiti dia tetap mampu menjadi satu model kepada ummat.

Penulis Yang Terbaik

Tips 1: Hubungan Dengan Allah SWT

Ya, hubungan dengan Allah SWT. Seorang yang hendak menjadi penulis yang terbaik perlulah menjaga hubungannya dengan Allah SWT. Mencintai perintah-Nya dan melaksanakannya. Membenci kemungkaran ke arah-Nya dan mencegahnya. Tidak melekatkan diri kepada apa yang Allah murka dan sentiasa berusaha mempertingkatkan kualiti diri di hadapan-Nya.

Kenapa hubungan dengan Allah SWT itu diletakkan yang pertama?

Banyak sebab. Tapi, antara sebab yang utama adalah, kita hendak menulis sesuatu yang memberi kesan pada jiwa insan. Justeru, apakah logik kita tidak meminta kepada Yang Membolak Balikkan Jiwa Insan? Kita perlu sedar bahawa, Allahlah TUAN kepada Hidayah. Bukankah adalah perkara yang normal kita tunduk kepada-Nya agar dia membantu kita? Sedang kita ini tidak mampu memberikan hidayah walau kepada orang yang kita cintai.


Sesungguhnya kau tidak akan mampu memberikan hidayah kepada orang yang kau cintai, tetapi Allah lah yang memberikan hidayah kepada sesiapa yang dia kehendaki…” Surah Al-Qasas ayat 56.

Tips 2: Kerendahan Hati
Seorang yang ingin menggerakkan dirinya menjadi penulis yang baik, perlulah mendidik jiwa dan hatinya untuk sentiasa rendah. Rendah di sini adalah merasa kerdil di hadapan Allah SWT. Ini untuk menjaga keikhlasan, mengelakkan diri dari riya’, ujub, takabbur.
Riya’, ujub, takabbur, semua itu adalah hijab dalam amalan. Ia membuang keberkesanan penyampaian kita. Sifat-sifat mazmumah itu akan menyebabkan perjalanan penulisan kita juga terpesong. Nanti kita akan rasa cepat hendak membantah pendapat orang lain, tidak boleh ditegur, rasa senang nak menyalahkan orang dan sebagainya.

Kerendahan hati sangat penting dalam menjamin kebersihan perjalanan penulisan kita.

Apakah hati yang hitam mampu mencahayakan hati yang lain?

Tips 3: Dahagakan Ilmu
Kita tidak mencari ilmu seperti orang yang sudah kekenyangan. Maka kita akan rasa malas untuk menambah ilmu apabila kita rasa diri kita sudah penuh. Seorang penulis perlu sentiasa merasakan dirinya tidak cukup. Maka dia akan bergerak untuk mengisi dirinya dengan pelbagai ilmu.

Ilmu penulisan, ilmu-ilmu asas kehidupan, ilmu bahasa, ilmu realiti, dan bermacam-macam ilmu lagi.

Penulis perlu sedar bahawa, seseorang yang tidak mempunyai apa-apa, tidak akan mampu memberikan apa-apa.

Maka seorang penulis perlu mempunyai ‘apa-apa’ untuk menulis.

Amatlah penting bagi seorang penulis untuk mengekspansikan capaian ilmunya. Ilmu bukan sekadar di dalam kelas, di dalam buku teks. Bahkan seluruh kehidupan ini mampu dijadikan sumber ilmu pengetahuan. Semuanya boleh diambil dan diterjemahkan kepada idea.

Banyak membuat kajian, banyak membuat pembacaan, banyak bertanya, banyak memerhati dan banyak berfikir. Ilmu-ilmu yang berjaya diraih, insyaAllah akan mampu menjadi ‘trigger’ kepada idea.

Tips 4: Disiplin

Tidak akan mampu seseorang itu menjadi penulis yang terbaik tanpa disiplin. Perlu ada disiplin dalam menulis. Perlu juga ada disiplin dalam mengimbangi kehidupan sebagai penulis dan sebagai pelajar, pekerja, anak, bapa, ibu dan sebagainya.

Sebab itu, apa yang saya selalu lakukan dalam hal disiplin ini adalah JADUAL.

Susun waktu. Sesungguhnya Allah tak akan memberikan manusia 24 jam sekiranya 24 jam itu tidak cukup untuk manusia. Tetapi manusialah yang tidak menggunakan 24 jam itu dengan sebaik-baiknya. Sebab itulah kita sering merasakan kita tidak mampu melaksanakan kerja.


Tips 5: Istiqomah
Seorang penulis yang terbaik itu, mencapai tahapnya yang tertinggi adalah apabila dia istiqomah. Bukannya bila pelawat website, blog sudah mencapai juta, dia mula bermalas-malasan.

Orang kata, hendak menjadi juara itu tidak sesusah hendak mengekalkan kejuaraan.

Penulis yang mampu menjadi contoh adalah penulis yang istiqomah.

Istiqomah dalam penulisannya. Istiqomah pula dalam menjaga peribadinya dalam menjadi qudwah kepada ummah.

Penutup

Saya tak rasa gembira kalau pembaca membaca penulisan saya, kemudian dia rasa seronok-seronok,tanpa membawa apa-apa daripada penulisan saya ke dalam kehidupannya.

Pada saya, seorang penulis itu bukan seorang penghibur.

Penulis adalah yang membina ideologi ummah, memimpin pemikiran ummah.

Justeru, penulis yang berjaya, adalah penulis yang penlisannya mampu memberikan kesan kepada kehidupan manusia.


~Hilal Asyraf ~

ms.langitilahi.com